Bahaya, Tidak Bahagia dan Kerap Mengeluh

Biasanya ketika merasakan ketidaknyamanan atau terjadi suatu permasalahan dalam bekerja kita selalu mencurahkan perasaan kita kepada orang-orang terdekat kita seperti teman, rekan kerja dan kerabat untuk menemukan solusi atas permasalahan yang ada.

Penelitian telah menemukan bahwa selama dalam perbincangan, terdapat setidaknya minimal satu menit kita mengeluh dengan apa yang terjadi. Ternyata mengeluh dan membuktikan kita tidak bahagia bukan solusi terbaik dalam melepaskan segala kelelahan dan permasalahan tetapi justru menurunkan produktivitas kerja kita.

“Kita semua pernah mendengar bahwa mencurahkan segala permasalahan kita dengan keluhan membantu kita melepaskan stres dan bergerak maju, tetapi sains mengatakan bahwa itu akan menurunkan produktivitas kita, bahkan sangat berbahaya terutama bagi yang bagi pengusaha yang memiliki kesibukkan sangat tinggi”, kata John Rampton, entrepreneur asal California sekaligus penulis di Due.com.”

Dirinya menambahkan terkadang kita juga sering menyangkal bahwa kita pengeluh, hanya saja kita ingin jujur dengan perasaan kita, mencurahkan dan meleaskan semua masalah kita. “Namun kita harus ingat, tidak semua permasalahan yang kita miliki harus dikeluhkan kepada orang lain, termasuk ketika kita bekerja”, lanjutnya.

Menurut Rampton, keluhan mungkin saja bisa menjadi bermanfaat dan menghilangkan rasa sres yang ada dalam diri kita. Namun yang perlu diingat bahwa kita juga harus pintar membatasi dan memilah keluhan apa yang seharusnya dilepaskan oleh kita dan pada siapa kita berbicara, termasuk kondisi dan waktu yang tepat.

Kemudian juga dijelaskan bahwa mengeluh memiliki pengaruh pada produktivitas kita. Menurutnya, hal pertama yang terjadi adalah pengaruh pada otak kita. Bahkan studi yang dilakukan di Stanford menemukan bahwa mengeluh atau dikeluhkan selama lebih dari 30 menit dapat merusak neuron di hippocampus secara fisik. Ini adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk pemecahan masalah dan fungsi kognitif.

Secara sederhana, mengeluh tidak hanya menghambat fungsi mental biasa, itu justru membuat kita seirng sekali mengeluh tiada henti.” Setelah Anda mulai mengeluh, Anda tidak bisa berhenti. Akhirnya, ini menjadi kebiasaan,” kata Rampton.

Selain itu, mengeluh juga berpengaruhi pada kesehatan fisik seseorang. Ketika kita mengeluh, , itu memicu hormon stres kortisol. Hormon ini penting membantu mengontrol kadar gula darah, mengurangi peradangan, mengatur metabolisme dan formulasi memori. Dengan kata lain, kita menghambat fungsi tubuh dan semakin mengurangi kemampuan untuk memproses informasi.

“Ketika kadar kortisol tinggi, Anda menjadi stres reaktif. Sebagaimana Darcia Narvaez, Ph.D., jelaskan dalam Psychology Today, “respons stres” ini membuat Anda bodoh ‘karena ia menggerakkan aliran darah dari neokorteks dan ke dalam otot Anda untuk mengantisipasi tindakan. Itu juga membuat Anda egosentris sebagai naluri pemeliharaan diri Anda mengambil alih, menurunkan empati dan belas kasih Anda. ” jelasnya.

Kemudian peningkatan kortisol dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh saat tekanan darah kita meningkat, begitu juga pada kolesterol, risiko penyakit dan berat badan.

“Tidak heran penulis Psych Pedia Steven Parton menyatakan bahwa mengeluh dapat benar-benar membunuh Anda,” Tandas Rampton. (ACS)

Sumber/Foto : entrepreneur.com/dream.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published.