7 Mitos “Happiness at Work” Part 1

 

“Pertanyaan terpenting di tempat kerja bukanlah, ‘Apakah Anda sukses?’ tetapi, ‘Apakah Anda bahagia?’” —Arvan Pradiansyah

Kita sering mengartikan mitos adalah kisah-kisah dari zaman dulu. Padahal, ada pula mitos yang kekinian. Di zaman sekarang pun kita masih sering menciptakan mitos-mitos. Salah satunya mitos-mitos yang berkaitan dengan “Happiness at Work” atau kebahagiaan di tempat kerja.

Ada 7 mitos di dunia kerja yang menjauhkan kita dari kebahagiaan. Pada bagian ini, kita akan membatas 4 di antaranya, 3 lainnya akan dibahas dalam bagian kedua.

 

  1. Mitos pertama, Happiness at Work akan tercapai kalau kita punya penghasilan yang besar.

Pemikiran seperti itu salah besar, totally wrong! Yang membuat kita bahagia di tempat kerja, bukanlah penghasilan yang besar. Yang membuat kita bahagia adalah apabila kita melakukan sesuatu yang sesuai dengan calling kita; melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan penciptaan kita.

Kita diciptakan Tuhan dan dikirimkan ke bumi ini untuk sebuah maksud. Kita dikirimkan ke dunia karena dunia membutuhkan kontribusi dari kita. Tuhan menciptakan segala sesuatu ada manfaatnya. Manfaat itu tidak lain dan tidak bukan untuk kesejahteraan umat manusia.

Kita baru bisa bahagia di tempat kerja kalau kita bekerja sesuai dengan peruntukkan kita. Kebahagiaan bukan soal apakah kita bisa melakukan pekerjaan dengan baik atau tidak. Kebahagiaan baru terasa saat kita merasa bahwa kita memang ditakdirkan untuk pekerjaan yang kita lakukan.

Gaji, penghasilan adalah bonus atas pekerjaan yang kita lakukan dengan bahagia. Besarnya penghasilan baru berpengaruh jika kita sudah menemukan calling. Sebaliknya, meski penghasilan kita besar, tapi belum menemukan calling, maka itu tidak ada artinya. Justru penghasilan yang besar itu akan menjebak kita untuk tetap bekerja di sana meskipun kita tidak bahagia.

Gaji yang besar itu baru akan terasa membahagiakan kalau ada prasyarat pertamanya, yakni bekerja sesuai dengan peruntukkan kita; sesuai dengan calling kita; sesuai dengan mengapa Tuhan menurunkan kita ke dunia ini. Jika itu sudah tercapai, barulah gaji itu memainkan peran. Jika kita tidak bekerja sesuai dengan calling kita, berapa pun besarnya gaji yang kita terima selalu terasa kurang.

  1. Mitos kedua, Happiness at Work akan tercapai kalau atasan kita tidak banyak menuntut.

Justru atasan yang baik adalah atasan yang banyak menuntut. Kalau atasan kita banyak menuntut, itu akan membuat kita selalu siap. Kita akan mengerahkan kemampuan terbaik kita, potensi terbaik kita untuk berkembang, dan atasan kita menjadi coach kita.

Memang tugas seorang atasan adalah mengeluarkan bawahannya dari comfort zone-nya. Kalau kita berada di dalam comfort zone, kita tidak akan berkembang. Ketika seseorang direkrut dalam perusahaan itu karena potensi yang dimilikinya. Padahal, yang diukur dalam organisasi bukanlah potensi, tapi hasil kerjanya, kinerjanya .

Antara potensi dan kinerja itu ada jarak yang sangat besar. Tugas seorang atasan adalah menarik potensi ini keluar dan menjadikannya kinerja.

Seorang atasan yang baik akan menuntut Anda dalam 2 hal: kompetensi dan karakter. Atasan yang baik akan menuntut Anda agar bisa memberikan pelayanan yang terbaik kepada customer. Atasan yang baik adalah yang membuat kita menjadi manusia yang berkarakter.

Kita harus bersyukur jika memiliki atasan yang banyak menuntut karena atasan seperti ini bisa menjadi coach yang baik.

  1. Mitos ketiga, Happiness at Work akan tercapai jika kita memiliki teman kerja yang cocok.

Ada banyak persahabatan di tempat kerja yang didasarkan pada ketidakjujuran, saling menutupi kesalahan. Itu bukanlah teman kerja yang baik.

Kebahagiaan di tempat kerja baru akan terjadi jika kita memiliki teman kerja yang baik. Teman kerja yang baik belum tentu cocok. Teman kerja yang baik adalah mereka yang membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Teman yang baik adalah teman yang mampu bilang “Tidak” pada kita.

Teman yang baik adalah teman yang mampu menasihati kita kalau kita terjerumus kepada kesalahan. Teman yang baik adalah teman yang membuat kita mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam organisasi.

  1. Mitos keempat, Happiness at Work akan tercapai kalau kita tidak menjumpai banyak masalah di tempat kerja.

Masalah-masalah yang ada di lingkungan kerja justru yang membuat kita tumbuh. Saat menjumpai masalah sesungguhnya kita dipaksa untuk meningkatkan diri, meningkatkan kemampuan kita.

Katakanlah level kita ada di angka 5, dan kita menghadapi masalah di level 7. Pada saat itu kita akan meningkatkan level kita dari 5 ke 7. Jadi, kalau masalah yang kita hadapi lebih tinggi dari level kita, itu perintah bagi kita untuk meningkatkan diri.

Saat kita level kita naik menjadi 7, carilah masalah yang lebih tinggi lagi. Mencari masalah di sini bukan mencari gara-gara. Semakin banyak masalah dalam perusahaan, itu semakin baik.

Perusahaan yang tidak masalah merupakan ciri-ciri perusahaan yang sedang mengerut (shrinking). Adanya masalah dalam perusahaan merupakan pertanda bahwa perusahaan sedang berkembang (growing).

Leave a Reply

Your email address will not be published.