Apakah Karma itu Ada?

Karma adalah istilah yang “dipinjam” dari ajaran agama Hindu untuk menggambarkan balasan atas setiap perbuatan manusia, apakah itu perbuatan baik atau buruk. Karma adalah hukum sebab-akibat yang menggambarkan betapa adilnya Tuhan Sang Pencipta. Siapa yang menabur, dia akan menuai.

Tidak ada satu perbuatan baik atau buruk pun yang tidak kembali kepada pelakunya. Hanya saja, dalam realita kehidupan, kita acap menyaksikan sesuatu yang sepertinya melanggar hukum alam ini. Misalnya, kita melihat koruptor yang lolos dari jeratan hukum, atau bahkan menjabat kembali selepas menjalani hukumannya.

Atau, pasangan yang selingkuh namun kehidupan rumah tangganya baik-baik saja atau bahkan bertambah harmonis. Pemandangan seperti ini sesungguhnya amat berbahaya. Sebab, ketika kita menganggap bahwa karma itu tidak ada, kita akan mempertanyakan keadilan Tuhan, dan itu semua akan mereduksi kebahagiaan kita.

Pandangan seperti ini terjadi akibat kesalahpahaman kita tentang karma. Paling tidak ada lima kesalahan persepsi kita terhadap karma:

  1. Hukuman atas perbuatan jahat itu nanti di akhirat

Jika hukuman atas perbuatan jahat itu ditangguhkan sampai nanti di akhirat, kita akan beranggapan bahwa Tuhan itu tidak adil. Oleh karena itulah, sesungguhnya hukuman atas setiap perbuatan jahat itu sesungguhnya terjadi di dunia ini juga.

Ketika seseorang menzalimi orang lain, dan orang yang dizalimi itu tidak membalasnya, maka itu bukan berarti karma itu tidak ada. Orang lain yang menyaksikan kezaliman tersebut dan alam semestalah yang akan membalasnya. Inilah matematika yang sempurna, salah satu keajaiban penciptaan alam semesta.

  1. Setiap perbuatan jahat akan mendapatkan balasan yang sejenis

Ketika seseorang memukul orang lain, kita kerap mengharapkan si pelaku pemukulan dipukul lagi baik oleh korbannya maupun orang lain. Dan jika itu tidak terjadi, kita menganggap bahwa karma itu tidak ada.

Ini juga pandangan yang keliru. Mungkin pelaku pemukulan tidak mendapatkan karma berupa pukulan lagi, tapi hancurnya nama baik dan rusaknya citra pelaku di mata masyarakat bisa jadi merupakan karma atas perbuatannya.

  1. Karma hanya berlaku untuk perbuatan yang ketahuan

Apa pun yang kita berikan, baik itu secara terang-terangan maupun terselubung, tak akan pernah hilang. Perbuatan tersebut akan kembali lagi kepada kita sebagai pelakunya. Oleh karena itu, anggapan bahwa karma hanya berlaku untuk perbuatan yang diketahui oleh orang lain adalah keliru.

Koruptor yang menggasak uang rakyat dan tidak pernah tertangkap, atau pasangan selingkuh yang mengkhianati pasangannya dan tak pernah terungkap, sesungguhnya akan merasakan karma itu dalam bentuk kegundahan di dalam hatinya yang terdalam.

  1. Karma itu terjadinya langsung, saat ini juga

Karma bekerja bersama proses alam. Karma tidak datang begitu sebuah perbuatan dilakukan, tapi dia akan berproses. Karma dalam bentuk hukuman sosial membutuhkan time of response.

Berapapun waktu yang dibutuhkan oleh karma untuk kembali kepada pelakunya, yang pasti dia akan kembali. Karma hanyalah soal waktu.

  1. Karma itu hanya akibat perbuatan

Karma tidak hanya berlaku untuk perbuatan, tapi juga pikiran. Jika kita memikirkan hal-hal yang positif, maka kita akan mendapatkan karma yang positif. Sebaliknya, jika kita memikirkan hal-hal yang negatif, maka karmanya pun akan negatif.

Saat kita memikirkan sesuatu, kita sesungguhnya tengah menabur benih-benih. Benih-benih tersebut kemudian akan tumbuh, dan berbuah menjadi sebuah perbuatan. Apakah perbuatan itu bernilai positif atau negatif, itu semua merupakan karma atas pikiran kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published.