Apakah Setia Kawan itu Baik?

“Orang yang membela dengan orang yang dibela memiliki values (nilai-nilai) yang sama.” —Arvan Pradiansyah

Dalam pandangan umum, setia kawan itu selalu dinilai baik. Padahal, setia kawan juga bisa salah. Banyak orang yang menerjemahkan kesetiakawanan secara membabi buta. Apa pun yang dilakukan oleh kawannya selalu dibela.

Sikap seperti ini sungguh berbahaya karena telah menempatkan kawan sebagai sesuatu yang selalu benar. Padahal kita tahu, yang selalu benar hanyalah Tuhan. Bisa jadi, kesetiakawanan yang salah kaprah ini akan berujung dengan menuhankan kawan.

Namun ada pula penilaian lain terhadap kesalahkaprahan dalam setia kawan ini. Meski yang tampak di permukaan adalah membela kawan, sesungguhnya yang terjadi adalah membela kepentingan yang sama. Misalnya, seorang koruptor akan membela temannya yang korupsi, bukan karena setia kawan melainkan memiliki kepentingan yang sama untuk mengkorup kekayaan negara.

Ada 3 bentuk pertemanan yang ada:

  1. Friends for a reason. Ini adalah bentuk pertemanan karena memilki kepentingan bersama, seperti yang terjadi dalam relasi bisnis.
  2. Friends for a season. Perteman bentuk ini terjadi untuk satu musim yang sama. Ini biasanya terjadi di panggung politik dalam koalisi.
  3. Friends for a lifetime. Inilah teman sejati. Pertemanan yang tiada berujung karena diikat oleh pertalian hati, bukan karena kepentingan ataupun koalisi untuk mencapai tujuan jangan pendek.

Dalam memilih teman, kita pasti mencari mereka yang memiliki values (nilai-nilai) yang sama dengan yang kita anut. Mustahil orang yang baik bisa berteman dengan orang yang jahat karena values mereka jelas-jelas bertentangan.

Kesamaan values inilah yang sering kita sebut dengan chemistry, frekuensinya nyambung, gemlombangnya sama. Oleh karena itu, jika kita menginginkan teman-teman yang baik, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menjadi orang baik. Kita juga bisa menilai diri kita dengan melihat siapa yang menjadi teman-teman kita.

Salah memilih teman bisa membahayakan kita karena sering kali yang menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang buruk adalah orang yang kita anggap teman, bukan musuh. Filsuf Prancis Voltaire pernah berujar, “Mon Dieu, gardez-moi de mes amis. Quant à mes ennemis, je m’en charge !” (Tuhanku, lindungilah aku menghadapi teman-temanku. Adapun musuhku, biar kuhadapi sendiri).

Agar kesetiakawanan yang dipupuk antara diri kita dan teman-teman berbuah kebahagiaan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memberikan kesetiaan kita kepada kebenaran dan kebaikan. Sebab, hanya dengan berlandaskan kesetiaan kepada kebenaran dan kebaikan sajalah kesetiakawanan akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published.