Are You A Winner?

Hari raya Idul Fitri dikenal juga sebagai hari kemenangan setelah kita berjuang sebulan penuh melawan hawa nafsu. Di hari itu, kita saling mendoakan dengan mengucapkan kalimat minal aidin wal faizin, yang artinya semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan menang.

Kita kembali kepada jati diri kita sebagai manusia yang terlahir suci, tanpa dosa apa pun. Setiap manusia terlahir dalam lingkaran kebaikan. Hawa nafsunya lah yang menarik dirinya keluar dari lingkaran kebaikan tersebut. Pada hari raya Idul Fitri, kita berharap kembali kepada lingkaran kebaikan.

Sayangnya, kita belum tentu menang di hari kemenangan. Bisa jadi, detik ini kita menang, dan sedetik kemudian kita kembali terjerumus dalam kekalahan. Kemenangan itu bukan untuk semua orang. Kemenangan hanya untuk orang-orang yang berjuang.

Jadi, apakah kita menang atau tidak, saringannya adalah apakah kita berjuang atau tidak? Tidak ada kemenangan yang datang tiba-tiba. Semua kemenangan selalu dimulai dengan perjuangan. Dan musuh yang sesungguhnya ada di dalam diri kita. Musuh kita selalu mengikuti kita bahkan sampai ke tempat tidur kita.

Banyak orang yang gagal paham melihat musuh. Ketika kita menghadapi orang jahat, kita menyangka dialah musuh kita. Padahal, musuh kita yang sesungguhnya adalah diri kita sendiri. Tugas kita adalah mengalahkan rasa marah, kecewa, kegusaran, kegeraman, dan lain-lain.

Selain itu, di dalam diri manusia terdapat keinginan-keinginan yang bisa menciptakan godaan-godaan. Memang, tidak semua keigininan itu buruk. Bahkan keinginanlah yang membuat kita menjadi manusia yang sehebat-hebatnya. Dengan kata lain, yang membuat kita menjadi hebat adalah keinginan.

Namun, jika kita memperturutkan keinginan-keinginan tersebut, dan menghalalakan segala cara untuk mencapai keinginan kita, maka kita sesungguhnya telah menjadikan keinginan kita sebagai Tuhan. Inilah yang dikendalikan dalam puasa. Intinya, puasa mengendalikan keinginan-keinginan kita.

Permasalahannya, apakah setelah menjalankan puasa, keinginan-keinginan kita menjadi keinginan yang bermanfaat? Jika tidak, maka kita belum bisa dikatakan sebagai pemenang.

Pemenang adalah orang yang mengalahkan sesuatu. Dan sesuatu yang dikalahkan tersebut adalah situasi yang negatif. Saat menjumpai situasi yang negatif, maka disitulah momentum kemenangan diuji. Dalam momentum seperti itu, kita sangat mungkin kalah.

Menang itu bukan status yang permanen. Di menit ini kita bisa menang, namun di menit kemudian kita kalah. Kemenangan itu bersifat temporer. Momentum kemenangan yang kita hadapi, bisa berubah menjadi momentum kekalahan buat kita.

Momentum kemenangan adalah ketika kita bisa tetap berlaku baik baik kepada orang yang tidak berlaku baik kepada kita. Terdapat sebuah perjuangan ketika kita berhadapan dengan orang yang tidak baik. Perjuangan itulah yang menjadi pangkal apakah kita akan keluar sebagai pemenang atau tidak.

Tugas kita adalah menjadi orang baik, tanpa memedulikan situasi yang kita hadapi. Berbuat baik kepada orang baik mejadikan kita sebagai manusia akibat. Tetapi berbuat baik kepada orang yang tidak berbuat baik kepada kita, menjadikan kita sebagai manusia sebab.

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Are You A Winner?” di Radio Smart FM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.