Awakening

“If every day is an awakening, you will never grow old. You will just keep growing.” —Gail Sheehy

Setiap tanggal 20 Mei, tepat pada hari ini, kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan sebuah bangsa selalu dimulai dari kebangkitan individu. Berbicara tentang kebangkitan individu, kita tidak tidak bias lepas dari 3 zona yang ada dalam hidup kita, yakni:

  1. Zona tertidur

Dalam zona ini, kita menjalani kehidupan sebagai sebuah rutinitas. Karena segala sesuatu berjalan sebagai rutinitas, hidup kita tidak berbeda dengan robot. Setiap hari kita dikejar target dan deadline. Meski kelihatannya sibuk, pada hakikatnya kita hanya terjebak dengan apa yang disebut sebagai busy-ness, bukan business.

  1. Zona terbangun

Pada zona ini, kita mulai tahu bahwa hidup ini sesungguhnya berwarna, bukan sekadar rutinitas yang itu-itu saja. Namun kita baru sekadar tahu dan belum melakukan apa-apa untuk menikmati dan menumbuhkan hidup kita. Tahu saja ternyata belum cukup, tapi kita perlu sadar dan melakukan aksi, dan itu ada pada zona ketiga.

  1. Zona bangkit

Di sini kita sudah sadar sepenuhnya bahwa hidup ini indah, penuh dengan warna, dan mulai menikmati setiap momen dalam hidup kita. Dalam zona ini kita sudah memiliki perspektif yang lebih luas tentang kehidupan, kita tidak lagi sekadar tahu, melainkan telah sadar. Perspektif ini hanya bias kita dapatkan apabila kita mengambil jarak terhadap semua aktivitas kehidupan kita, memandangnya dari kejauhan sebagai seorang pengamat, bukan sekadar pemain.

Perubahan dari zona tertidur ke zona terbangun tidaklah begitu berat. Namun, perubahan dari zona terbangun ke zona bangkit menuntut perjuangan yang cukup berat. Kita harus berjuang melawan gaya gravitasi yang selama ini menarik kita untuk tertidur atau hanya sekadar terbangun.

Saat memasuki zona bangkit, kita harus melawan rasa malas, rasa enggan, kebiasaan menunda-nunda yang selama ini telah meninabobokan kita. Itulah gaya gravitasi yang harus kita lawan dan kalahkan untuk bangkit.

Kabar baiknya, malas sesungguhnya merupakan indikasi atas sesuatu yang penting dalam hidup kita. Saat merasa malas untuk berolah raga, ketahuilah bahwa olah raga itu penting. Saat kita malas untuk mengembangkan potensi dan kompetensi  diri kita, ketahuilah bahwa itu juga penting.

Kita juga bias bangkit dari pengalaman buruk yang mungkin menyakitkan kita. Sebaliknya, pengalaman manis sering melenakan diri kita. Oleh karena itu, jadikanlah pengalaman buruk sebagai turning point dalam hidup kita untuk bangkit dan menumbuhkan diri kita setinggi-tingginya, sebaik-baiknya.

Saat kita menjalani hidup tanpa semangat dan gairah, ketahuilah bahwa itu adalah pertanda bahwa kita harus segera bangkit. Saat kita menjalani hidup sebagai rangkaian rutinitas yang biasa-biasa saja, jadikanlah itu sebagai turning point dalam hidup kita untuk bangkit.

Bangkit selalu diawali dengan kesadaran. Kesadaran bahwa hidup ini indah, dan kita harus merayakan setiap momen dalam hidup kita. Untuk itu, ada 3 tips yang bisa kita lakukan:

  1. Bernapas. Jika selama ini kita bernapas nyaris tanpa sadar, maka mulailah untuk menyadari setiap tarikan dan embusan napas kita. Saat itu, kita akan merasakan betapa nikmatnya menghirup udara dan mengeluarkannya dari rongga dan saluran pernapasan kita. Kita akan bersyukur bahwa kita masih bisa bernapas.
  2. Tersenyum. Tersenyumlah kepada orang-orang di sekitar kita. Senyuman tulus yang kita berikan akan memancarkan energi positif kepada setiap orang yang kita jumpai. Energi positif tersebut pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk yang mungkin tidak pernah kita duga-duga.
  3. Rileks. Jangan melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa. Rilekslah, dan kita akan bisa menikmati setiap momen dalam hidup kita.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.