Beyond Religion

“God has no religion.” —Mahatma Gandhi

Beyond Religion adalah mindset melihat diri kita dan orang lain as a human being. Bahwa kita semua adalah saudara terlepas dari sekat-sekat agama.

Agama apa pun mengajarkan kebaikan, nilai-nilai kebaikan universal, seperti cinta kasih kepada sesama, keadilan, kejujuran, dan sebagainya. Di sisi lain, agama menciptakan eksklusivisme.

Ketika orang beragama, maka dia akan berada dalam sekat antara “kami” dan “mereka”. Beyond Religion adalah cara pandang, mindset, paradigm untuk melihat dunia secara berbeda.

Untuk bisa melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda, Anda harus keluar dari kotak. Jika Anda masih mengotakkan diri, “Agama saya ini,” Anda tidak akan bisa melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Beyond Religion lebih dari sekadar toleransi. Toleransi hanya ada pada tataran perilaku. Orang yang toleran, di dalam hatinya biasa tidak suka. Beyond Religion justru merasa senang di dalam hati ketika melihat perbedaan, bukan sekadar mendiamkannya.

Jika Tuhan mau, Dia bisa membuat kita satu suku, satu agama. Tapi Tuhan tidak melakukan itu. Tuhan sengaja menciptakan keberagaman agar kita saling memahami. Dengan demikian, pemahaman kita akan semakin berkembang.

Kita menganut agama sesungguhnya adalah “warisan” dari orang tua kita. Seseorang menjadi muslim karena warisan dari orang tuanya. Demikian pula seseorang menjadi kristiani karena warisan dari orang tuanya. Memang ada orang yang pindah agama, tapi persentasenya amatlah kecil.

Kita tidak harus menghindari perbedaan. Tapi perbedaan perlu dibicarakan. Bukankah berbeda itu merupakan rahmat?

Tuhan menciptakan agama sebagai peta bagi manusia. Agama adalah produk Tuhan; pemahamannya adalah produk manusia. Penista agama yang sejati adalah mereka yang membuat citra agama tertentu menjadi buruk.

Orang yang paling baik harus menghayati ajarannya agamanya masing-masing. Ketika kita sudah menghayati agama kita sampai ke intinya, maka sampailah kita pada spiritualitas. Beyond Religion bukanlah meninggalkan agama Anda, tetapi mendalami agama Anda sampai ke intinya.

“Pada akhirnya yang akan dilihat adalah kebaikan Anda, bukan agama Anda.” ~Arvan Pradiansyah

Leave a Reply

Your email address will not be published.