Commitment

“Commitment is what transforms a promise into reality.” —Abraham Lincoln

Dewasa ini komitmen sudah menjadi barang langka yang dicari di mana-mana. Dalam pernikahan, ketiadaan komitmen akan mengantarkan pada kerapuhan yang akan berakhir pada kehancuran dan malapetaka. Dalam dunia profesional, banyak orang yang bekerja semata-mata demi uang tanpa komitmen.

Demikian pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Komitmenlah yang menyatukan setiap elemen bangsa untuk bersama-sama meraih cita-cita kemerdekaan. Komitmen berbeda dengan janji. Jika janji berada di muka, maka komitmen ada di tengah perjalanan.

Jika janji membuahkan harapan, maka komitmen membuahkan kepercayaan. Komitmen juga berpeda dengan kepatuhan (compliance) meski orang yang patuh juga menjalankan apa-apa yang sudah dikatakannya. Komitmen lahir dari kecintaan, sementara kepatuhan tumbuh dari kewajiban.

Seseorang baru dapat dikatakan berkomitmen jika ia menjalankan apa-apa yang dikatakannya dengan sepenuh hati, dengan hati yang lapang dan gembira. Ketika kita berjanji, dan kita memenuhi janji tersebut dengan sepenuh hati, itulah yang disebut komitmen.

Komitmen juga bisa dirumuskan sebagai “do whatever it takes” atau “either you’re in or your out, there’s no such life in-between”. Meski demikian, tidak semua ketiadaan komitmen dalam pernikahan berujung pada perceraian, atau ketiadaan komitmen dalam pekerjaan berujung pada pengunduran diri.

Ada kalanya seseorang mempertahankan dirinya berada “di dalam” karena ia melihat keuntungan yang bisa diraihnya di sana.

Ada 2 penyebab orang tidak berkomitmen:

  1. Niat. Pada saat berjanji, seseorang sudah memiliki niat yang buruk (untuk melanggar janji tersebut).
  2. Tidak ada masalah pada niat saat berjanji, namun dalam perjalanan untuk memenuhi janji tersebut dia tergola untuk melanggarnya.

Intention adalah masalah mindset, yang dampaknya lebih besar daripada focus yang merupakan masalah skillset. Agar lolos dari godaan, kita harus tetap berfokus pada janji kita.

Komitmen juga bisa berkaitan dengan pola asuh. Janji yang paling sering disepelekan adalah janji pada keluarga, misalnya janji untuk mengajak makan malam di luar atau menonton film. Karena satu dan lain hal, janji tersebut tidak terpenuhi, dan anak-anak mendapatkan kesan bahwa komitmen itu bukanlah hal penting.

Orang yang tidak berkomitmen selalu membela dirinya dengan excuse. Saya melanggar janji karena orang lain melanggar janji. Padahal, sejatinya kita harus menjadi orang baik, dengan mengatakan, “Saya berpegang teguh pada janji, meski orang lain melanggarnya.”

Komitmen lebih dari sekadar kepastian. Kepastian bisa jadi hanya merupakan bentuk kepatuhan. Orang yang berkomitmen memberikan kepastian. Tidak semua kepastian merupakan bentuk komitmen.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.