Forgive Not Forget

 

“The stupid neither forgive nor forget; the naive forgive and forget; the wise forgive but do not forget.” —Thomas Szasz

Manusia penuh dengan ketidaksempurnaan dan sering kali lupa dan alpa. Kesempurnaan manusia terletak pada ketidaksempurnaannya. Karena manusia tidak sempurna, maka memaafkan harus menjadi budaya kita. Alangkah indahnya hidup ini jika kita bisa senantiasa saling memaafkan.

Banyak orang yang tidak bisa membedakan antara memaafkan (forgive) dengan melupakan (forget). Padahal, forgive dan forget adalah 2 hal yang berbeda. Melupakan adalah hal yang sangat berbahaya karena kita membuka peluang untuk mengalami hal yang sama.

Kesalahan kebanyakan orang adalah menganggap memaafkan dan melupakan adalah satu paket. Tidak melupakan bukan berarti mengingat-ingat. Mengingat-ingat berarti terus memikirkan, terus membayangkan, terus memutar video di dalam kepala kita.

Tidak melupakan berarti menangkap pelajaran dari sebuah kejadian. Memaafkan itu terjadi ketika ada sebuah peristiwa yang menyakitkan. Ada 2 komponen: peristiwa dan menyakitkan. Peritiwa adalah situasinya; menyakitkan adalah emosinya.

Kita harus tetap ingat dengan peristiwa, tetapi kita harus memaafkan sesuatu yang menyakitkan. Orang yang ingin melupakan suatu peristiwa sesungguhnya tengah mengalami trauma. Orang yang trauma belum mengalami proses penyembuhan.

Memaafkan adalah tetap mengingat peristiwa tetapi bisa melepaskan emosinya. Semakin kita berusaha melupakan sebuah peristiwa, maka peristiwa itu semakin muncul dalam ingatan kita.

“When you lose, don’t lose the lesson.” ~Dalai Lama

Betapa ruginya kita jika kita mengalami hal yang menyakitkan dan tidak mendapatkan pelajaran dari sana. Orang yang sehat mengingat kejadian yang menyakitkan, melucuti emosinya, dan mengambil pelajarannya.

Memaafkan itu milik orang yang sehat; memaafkan itu milik orang yang kuat. Melupakan itu milik orang yang lemah; orang yang tidak mau menghadapi kenyataan.

“Forgiveness is not about a justice issue; it is about a heart issue”

Memaafkan adalah tentang Anda, bukan tentang orang lain. Kalau kita tidak memaafkan, kitalah yang menyimpan dendam. Dendam yang tersimpan merusak orang yang menyimpannya. Analogi orang yang mendendam adalah orang yang minum racun dan berharap orang lain yang mati.

Saat kita mengatakan “andai” sesungguhnya kita sedang menyalahkan diri kita sendiri. Memaafkan diri sendiri adalah awal untuk memaafkan orang lain. Dasar dari memaafkan adalah cinta. Mencintai dimulai dari dari mencintai diri sendiri.

“Learning to love yourself. It is the greatest love of all.”

Ketidakmampuan memaafkan diri sendiri dan orang lain menunjukkan kurangnya cinta. Memaafkan diri sendiri diawali dengan menerima diri kita apa adanya. Jika kita memiliki cadangan cinta yang banyak, kita akan mudah memaafkan orang lain.

Memaafkan itu bukan tentang “Dia”, tapi tentang “Saya”.

Jika Anda dikhianati, Anda telah rugi satu kali. Tapi jika Anda kesal, marah, dan dendam, Anda rugi dua kali. Sementara Anda rugi dua kali, orang yang mengkhianati Anda mungkin tidak merasakan kerugian apa-apa.

Kita memaafkan untuk membersihkan diri kita dari kotoran-kotoran hati.

“Forgiveness is the attribute of the strong. The weak can never forgive.” ~Mahatma Gandhi

Memaafkan membutuhkan energi yang besar. Orang yang lemah tidak memiliki energi untuk memaafkan. Semakin cepat kita bisa memaafkan, maka itu semakin baik. Orang yang tidak terlatih dan memiliki cadangan cinta yang tipis butuh waktu yang lama untuk memaafkan.

Memaafkan itu skill. Untuk bisa memaafkan dengan cepat, kita perlu latihan. Cara latihan adalah dengan menghadapi banyak cobaan. Selain latihan, memaafkan membutuhkan cadangan cinta yang besar. Semakin Anda merasa sakit, semakin lama pula Anda dirugikan. Semakin cepat Anda sembuh, semakin beruntunglah Anda.

Orang yang kita maafkan tidak perlu tahu bahwa kita sudah memaafkan dia. Banyak orang yang menyangka bahwa memaafkan adalah proses dua arah. Orang menganggap memaafkan baru bisa diberikan jika orang yang menyakiti kita meminta maaf. Padahal, memaafkan itu tidak ada kaitannya dengan orang lain.

“Memaafkan hanya membutuhkan satu orang, yaitu diri kita sendiri.”

Kita memaafkan untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Ada 2 tanda bahwa kita sudah memaafkan orang lain:

  1. Kita tidak memiliki keinginan untuk membalas; atau orang lain yang membalas.
  2. Kita tidak memiliki keinginan untuk menghindar.

Ada 3 tipe orang dalam kaitan antara memaafkan dan melupakan:

  1. Orang yang tidak memaafkan dan tidak melupakan. Ini adalah orang yang bodoh.
  2. Orang yang memaafkan dan melupakan. Ini adalah orang yang naif.
  3. Orang yang memaafkan tapi tidak melupakan. Ini adalah orang yang bijaksana.

Kita memaafkan karena kita ingin menjadi orang yang damai, sehat jasmani dan rohani. Kita tidak melupakan karena melupakan itu tidak manusiawi. Orang yang ingin melupakan adalah orang yang berada dalam kondisi traumatik.

“Forgiveness is all about me, not about you!” []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Forgive Not Forget” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional di bidang Leadership & Happiness

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.