Kenapa Harus Membenci?

Benci adalah sebuah penyakit hati, penyakit sejak zaman dahulu kala. Kebencian sudah mulai ada sejak manusia generasi pertama, dan terekam dalam peristiwa perseteruan dua saudara kandung: Qabil dan Habil.

Saat ini kebencian kembali menjadi trend. Ujaran-ujaran kebencian semakin banyak dan ada di mana-mana khususnya, khususnya di media sosial. Orang yang membenci sesungguhnya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sangat mendasar, “Kenapa harus membenci?”

Banyak orang mejawab pertanyaan kenapa harus membenci dengan kalimat karena saya tersakiti. Padahal dengan membenci, kita justru akan semakin tersakiti. Ketika kita membenci sesorang, itu sesungguhnya sama dengan saat kita mencintai seseorang. Orang yang membenci dan mencintai seseorang mengaktifkan bagian otak yang sama, yakni putamen dan insula.

Tidak berlebihan jika pujangga Inggris, William Shakespeare pernah mengatakan, “Love me or hate me, both are in my favour. If you love me, I’ll always be in your heart… If you hate me, I’ll always be in your mind.”

Alasan lain orang membenci adalah karena ketidaksukaan kepada seseorang. Tidak suka kepada orang lain tentu saja boleh-boleh saja, tetapi tidak suka bukan berarti harus membenci.

Ketidaksukaan itu justru menunjukkan bahwa seseorang memiliki value. Orang yang disiplin, misalnya, pasti tidak suka dengan orang yang tidak disiplin. Orang berintegritas pun pasti tidak  suka dengan orang yang bermuka dua, dan sebagainya. Orang yang baik selalu membenci hal-hal yang tidak baik.

Akan tetapi, kita harus bisa membedakan ketidaksukaan terhadap perilaku dengan pelakunya.

Ketika kita membenci sesungguhnya kita sedang sakit. Orang yang benci adalah orang yang tidak suka sesuatu, tetapi terus dipikirkan. Logikanya, kalau Anda tidak menyukai sesuatu, maka jangan pernah memikirkannya Kita harus bisa memisahkan perilaku dengan orangnya. Untuk itu, kita harus memiliki cinta. Ketika kita tidak mempunyai cinta, kita tidak bisa membedakan antara orang (pelaku) dan perbuatannya (perilaku).. Orang yang membenci sudah kehilangan rasionalitas.

Kebencian itu sesungguhnya menunjukkan bahwa kita sangat menginginkan sesuatu yang sudah didapatkan oleh orang lain. Ada 2 faktor yang melahirkan kebencian: desire yang tinggi, dan kemampuan yang rendah. Semakin tinggi keinginan (desire) tersebut, semakin besar kebencian

Tidak ada orang yang dilahirkan untuk menjadi pembenci. Fitrah kita yang dibawa sejak lahir adalah mencintai. Benci itu adalah sesuatu yang dipelajari, bukan fitrah. Cara untuk menghadapi pembenci adalah mendoakan yang baik untuk mereka.

“Benci itu berat, kau dan aku tak akan sanggup menanggungnya.”

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Kenapa Harus Membenci?” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.