Learning from Our Heroes

 

Pahlawan adalah orang yang melakukan sesuatu yang signifikan untuk orang lain. Sesuatu yang signifikan adalah sesuatu yang besar, sesuatu yang memberikan berdampak bagi kehidupan orang lain.

Pelajaran sejarah di sekolah hanya membicarakan kejadian-kejadian, tahun-tahun peperangan, silsilah kerajaan. Padahal, yang seharusnya kita pelajari dari para pahlawan adalah karakter mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Catatan sejarah hanya menceritakan apa yang ada di depan panggung. Wajar jika yang tampil di depan panggung adalah yang baik-baik saja. Saat ini masyarakat sangat haus dengan keteladanan para pahlawan saat mereka berada belakang panggung.

Kita rindu dengan tokoh-tokoh yang tidak aji mumpung seperti Mohammad Hatta atau Mohammad Natsir. Mohammad Hatta yang menjabar sebagai Wakil Presiden, sangat menginginkan sepatu Bally, namun sampai akhir hayatnya dia tidak mampu membeli sepatu itu.

Dia hanya meninggalkan guntingan iklan sepatu Bally dari koran di laci mejanya. Ada pula Mohammad Natsir yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan. Pada akhir jabatannya, ia mengembalikan mobil dinas di istana dan pulang dengan dibonceng sepeda motor oleh sopirnya.

Atau Jenderal Polisi Hoegeng yang menolak rumah dinas, dan memilih untuk tinggal di rumah kontrakan. Ia juga memerintahkan istrinya untuk menutup toko bunga yang sudah dikembangkan sebelum Pak Hoegeng menjabat sebagai Kapolri semata-mata untuk menghindari conflict of interrest.

Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari pahlawan, tapi kata kuncinya adalah “karakter”. Karakter inilah yang hilang dari bangsa kita yang semakin materialistis. Karakter yang bisa kita pelajari dari pahlawan seperti keberanian, kejujuran, kesederhanaan, tidak aji mumpung.

Kemajuan teknologi berbanding terbalik dengan pembangunan karakter. Di era teknologi maju, masyarakat menginginkan segala sesuatu dengan cepat, instan. Sementara pembangunan karakter membutuhkan proses yang memakan waktu yang tidak sebentar

Materialisme membuat kita ingin sukses secara cepat. Kita juga tidak melakukan pendidikan karakter sejak dini.

Cara untuk mewariskan values kepada generasi selanjtnya adalah dengan cara bercerita. Cerita-cerita keteladanan yang ada di belakang panggung. Mari kita mulai menuliskan cerita-cerita kepahlawanan baik dari masa lalu ataupun masa sekarang, dan berusaha untuk mencontoh salah satu dari mereka. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Learning from Our Heroes” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness

Leave a Reply

Your email address will not be published.