Mencintai Diri Sendiri, Salahkah?

Banyak orang yang beranggapan bahwa mencintai orang lain harus didahulukan daripada mencintai diri sendiri. Mencintai orang lain atau sesuatu di luar kita diidentikkan dengan perbuatan yang mulia, sementara mencintai diri sendiri dianggap sebagai sebuah tindakan yang kenak-kanakan.

Pernyataan tesebut mungkin tidak sepenuhnya salah, akan tetapi kebanyakan kita melupakan bahwa mencintai diri sendiri sesungguhnya merupakan dasar dari segala cinta yang lain, termasuk mencintai orang lain.

Kita tidak mungkin bisa mencintai orang lain tanpa mencintai diri kita sendiri. Diri kita merupakan amanah terbesar yang dititipkan Tuhan kepada kita. Oleh karena itu, tugas kita adalah menjaga amanah ini dengan sebaik-baiknya. Cara untuk menjaga amanah tersebut adalah dengan mencintai diri kita sendiri.

Maraknya kasus bunuh diri adalah bukti bahwa banyak orang yang tidak mencintai diri sendiri, dan mungkin tidak menyadari bahwa dirinya adalah amanah dari Tuhan yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Dalam tataran yang lebih rendah, ada orang yang terus-menerus bekerja tanpa memikirkan kondisi tubuhnya sendiri hingga akhirnya jatuh sakit. Sakit adalah sinyal dari alam semesta bahwa seseorang menjalani hidupnya secara tidak seimbang, dan itu merupakan wujud dari ketidakmampuannya mencintai diri sendiri.

Namun, kita tidak boleh berhenti pada mencintai diri kita sendiri. Kita harus sesegara mungkin naik ke tahap selanjutnya, mencintai orang lain. Jika kita tidak segera beranjak ke tahapan mencintai orang lain, kita akan terjebak ke dalam mencintai diri sendiri secara berlebihan. Segala sesuatu yang terlalu pasti berujung dengan tidak menyenangkan.

Dalam perkembangan manusia, pertama kali saat masih anak-anak, kita butuh dicintai. Seseorang dengan pengalaman yang kurang dicintai saat masih anak-anak, mungkin kita akan pernah beranjak ke tahapan yang lebih tinggi ketika dia dewasa.

Inilah mengapa kita menyaksikan banyak orang yang begitu sulit mencintai orang lain. Hal ini terjadi karena mereka belum selesai dalam mencintai diri mereka sendiri. Kita harus menempatkan mencintai diri kita sendiri dalam konteks yang tepat agar tidak terjebak ke dalam egoism. Konteks tersebut adalah mencintai diri sendiri untuk mencintai orang lain.

Wujud mencintai diri sendiri adalah menjaga amanah dari Tuhan. Tuhan memberikan badan, pikiran, dan jiwa kepada kita agar bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain. Diri kita adalah hadiah dari Tuhan, yang harus kita hadiahkan kembali kepada orang lain.

Mencintai diri sendiri adalah menerima diri kita sebagai hadiah terindah dari Tuhan. Ketika kita tidak mencintai diri sendiri, kita akan menganggap diri kita biasa-biasa saja. Setiap orang yang memiliki karakter yang berbeda, yang diamanahkan Tuhan, agar kita bisa berkontribusi di dunia sesuai dengan karakter tersebut.

Ketika seseorang mengatakan bahwa dirinya biasa-biasa saja, berarti dia belum mengenal dirinya sendiri. Orang yang tidak mengenal dirinya sendiri karena tidak mencintai dirinya sendiri. Orang yang mencintai diri sendiri mengenal karakter unik yang dihadiahkan Tuhan kepada dirinya untuk dimanfaatkan untuk kemashlahatan orang lain. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Mencintai Diri Sendiri, Salahkah?” di Radio SmartFM Bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.