Mengingat Mati, Perlukah?

“Mengingat mati sesungguhnya sikap menerima kenyataan bahwa segala sesuatu itu di dunia ini bersifat sementara. Kalau kita tidak menerima sifat kefanaan hidup ini, maka akan sulit jika kita kehilangan yang merasa kita miliki.”

Demikian yang diungkapkan oleh Arvan Pradiansyah, seorang Inspirator Kebahagiaan Indonesia di awal talkshow Smart Happiness yang berjudul “Mengingat Mati, Perlukah?” pada tanggal 10 Agustus 2012 di Smart FM Network.

Managing Director Institute for Leadership and Life Management (ILM) ini juga menambahkan, “Mengingat mati akan membuat kita untuk menghargai/mensyukuri/memaknai hidup kita, keluarga kita, harta kita, pekerjaan kita. Kita harus yakin sesudah kematian ada hari pembalasan yang akan “membayar” semua tindakan baik dan semua pengorbanan kita di dunia. Alangkah tidak adilnya Tuhan jika tidak ada hari pembalasan. Sikap yakin bahwa akan ada hari pembalasan kelak setelah kita mati, akan membawa optimisme menjalani hidup.”

Di akhir talkshow, Motivator Indonesia dan Happiness Inspirer ini mengungkapkan, “Orang yang berani mati belum tentu dia berani hidup, kalau hal tersebut dilandasi oleh sikap putus asa dan kepasrahan yang salah. Dengan membayangkan ini hari terakhir kita hidup, kita justru akan lebih total dalam menghargai dan menjalani hidup. Ini sangat efektif sekali, namun yang terbaik adalah kita bisa mencarinya lewat Kitab Suci. Renungi dan resapilah! Semoga jiwa kita siap menerima kematian, kapanpun itu tiba.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.