Narsis

“Istilah narsis diambil dari legenda Yunani kuno. Narsis itu sesungguhnya diawali dengan menyukai diri kita sendiri yang tidak terbatas. Narsis yang ideal adalah eksis dalam batas-batas yang wajar. Sedangkan narsis yang ekstrim yaitu ketika orang tersebut sudah sombong dan tidak bisa berempati lagi dengan orang lain.”

Demikian yang diungkapkan oleh Arvan Pradiansyah, Happiness Inspirer Indonesia di awal talkshow Smart Happiness yang berjudul “Narsis” pada tanggal 29 November 2013 di Smart FM Network.

Motivator Kebahagiaan dan pengisi talkshow “Happiness with Arvan Pradiansyah” di Sindo TV yang disiarkan LIVE setiap Kamis malam pukul 20.00 – 21.00 WIB ini mengungkapkan, “Ada beberapa kriteria narsis, yaitu Pertama, Self Focus. Kedua, Merasa Superrior. Ketiga, Tidak bisa berempati.  Keempat, Asyik dengan fantasi sendiri, merasa paling hebat, paling keren, paling pintar. Kelima, Merasa berhak mendapatkan treatment yang berbeda. Aturan main? Itu untuk orang lain, bukan untuk saya. Keenam, Sensitif terhadap feedback, dan mengkritik orang lain secara berlebihan. Ketujuh, Sering merasa dipermalukan, bukan merasa bersalah. Kedelapan,  Tidak mau ambil tanggung jawab. Kesembilan, Sangat eksploitatif, menganggap orang lain adalah benda. Kesepuluh, Tidak suka buku & acara tentang pengembangan diri dan motivasi.”

Di akhir talkshow, Penulis buku Life is Beautiful New Edition ini pun menambahkan, “Orang yang narsis itu melelahkan, karena mereka tertarik bukan untuk perbaikan diri tetapi penampilan. Narsis lebih suka kepada pencitraan diri, bukan perbaikan diri. Orang yang percaya diri akan selalu menghargai orang lain, sedangkan orang yang narsis hanya menghargai dirinya sendiri saja, tetapi tidak menghargai orang lain.“

Leave a Reply

Your email address will not be published.