Percaya Diri

“Orang yang percaya diri adalah orang yang bahagia, orang yang menerima dirinya (self-acceptance)” —Arvan Pradiansyah

Semua orang pasti pernah mengalami masalah percaya diri. Hanya saja bentuk masalah percaya diri ini bervariasi di tiap kalangan usia. Saat masih remaja, misalnya, banyak orang yang mengalami krisis percaya diri terhadap lawan jenisnya. Ketika sudah dewasa, masalah percaya diri bisa timbul di lingkungan kerja dan bisnis.

Masalahnya, saat kita mengalami krisis percaya diri, kita sebenarnya berada dalam moment of unhappiness. Diri kita diliputi oleh perasaan cemas, takut, khawatir, dan pikiran-pikiran buruk lainnya. Ada banyak teknik yang dikembangkan untuk mengeliminasi rasa tak percaya diri ini. Tapi, semua teknik tersebut hanya bekerja di permukaan, dan bersifat tidak permanen.

Masalah percaya diri adalah masalah mindset, masalah paradigma. Oleh karena itu, solusinya adalah mengubah mindset kita, cara pandang kita terhadap hidup yang sedang kita jalani. Orang yang sedang tidak percaya diri sebenarnya mengalami masalah dalam penerimaannya terhadap dirinya sendiri (self-acceptance).

Masalah ini muncul ketika kita membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, terutama membandingkan kelemahan diri kita dengan kelebihan orang lain. Saat itu terjadi, perasaan minder akan muncul, perasaan bahwa orang lain lebih baik, lebih beruntung, dan lebih segala-galanya dibandingkan diri kita. Saat itulah kita mengalami krisis percaya diri.

Kebiasaan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain ini hanya akan menarik kita ke arah dua kutub yang berlawanan. Jika kita tidak jatuh ke jurang kesombongan, kita akan terjerembab dalam lembah ketidakpercayadirian. Keduanya adalah kutub yang buruk.

Untuk menanggulangi hal ini, satu hal yang perlu kita sadari adalah bahwa setiap diri—termasuk diri kita—adalah unik. Kita diciptakan Tuhan sebagai individu yang unik. Tidak ada satu individu pun di muka bumi ini yang identik. Setiap individu dibekali Tuhan dengan kelebihannya masing-masing.

Jika kita menyadari hal ini, maka kita akan bisa menerima diri kita (self-acceptance). Kita merasa diri kita bermakna, kita merasa diri kita memiliki tujuan hidup yang jelas seperti yang dimaksudkan Tuhan dalam penciptaan diri kita. Kita diciptakan Tuhan untuk maksud tertentu, untuk mengemban misi tertentu, yang berbeda dengan orang lain.

Penerimaan diri (self-acceptance) adalah fondasi dari harga diri (self-esteem). Dan harga diri (self-esteem) adalah dasar dari percaya diri (self-confidence).

Ada banyak kisah orang yang berhasil menemukan keunikan diri mereka yang mengantarkan mereka menjadi orang yang bermakna. Dua di antaranya adalah Bart Conner dan Gillian Lynne.

Bart Conner adalah anak yang memiliki bakat luar biasa. Ia bisa berjalan di atas kedua tangannya. Setiap kali tamu orangtuanya datang ke rumahnya, Bart mempertontonkan kebolehannya tersebut. Tapi, apa maknanya bisa berjalan di atas kedua tangan? Hanya sebatas menghibur tamu orangtuanya saja.

Suatu ketika, gurunya mengajak Bart ke gymnasium. Di sana Bart melihat alat-alat senam dan atlet yang tengah berlatih senam. Bart akhirnya menemukan tempat yang tepat untuk menyalurkan anugerah Tuhan kepada dirinya. Ia akhirnya dikenal sebagai pesenam profesional yang banyak menggondol medali emas dalam kejuaraan senam.

Lain lagi dengan kisah Gillian Lynne. Ia adalah seorang anak perempuan yang didiagnosis menderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Gurunya pernah menyarankan ibu Gillian untuk memberinya obat penenang, tapi sang ibu menolaknya.

Suatu hari, ibu Gillian mengajaknya ke psikiater. Di ruangan psikiater, Gillian diamati dan dibiarkan menyalurkan energinya. Kemudian sang psikiater meninggalkan Gillian di dalam ruangannya dengan alunan musik yang menyala. Lantas, apa yang terjadi? Ibunya dan psikiater mengamati perilaku Gillian yang mulai menari mengikuti alunan musik.

Gillian akhirnya menjadi ballerina profesional yang menciptakan lakon The Phantom of the Opera yang fenomenal. Kisah Bart dan Gillian membuktikan kepada kita bahwa setiap kita diciptakan Tuhan dengan keunikan untuk menjalankan misi hidup kita masing-masing di dunia ini. Saat kita telah menemukan keunikan tersebut dan menerimanya, maka tidak akan ada lagi masalah percaya diri yang membuat kita tidak bahagia. []

Leave a Reply

Your email address will not be published.