Salah Pilih

“Good decisions come from experience, and experience comes from bad decisions.” —Anon.

Ada ungkapan bijak yang mengatakan, “Life is from B to D. Between B and D there’s a C.” B (Birth) adalah awal kehidupan kita, D (Death) adalah akhirnya, sementara C (Choice) adalah esensi kehidupan itu sendiri. Hidup memang penuh dengan pilihan.

Sayangnya kita acap salah dalam menentuka pilihan. Kesalahan ini normalnya berujung dengan penyesalan. Durasi penyesalan pun beragam, bergantung pada berasa besar konsekuensi yang harus kita tanggung atas kesalahpilihan tersebut.

Ada penyesalan yang hanya berumur satu hari, ada yang sebulan, setahun, lima tahun, seumur hidup, atau bahkan selamanya. Agar tidak salah pilih, kita harus memiliki ilmu terhadap pilihan, memahami bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi. Kita bebas menentukan pilihan, tapi tidak bebas memilih konsekuensi.

Untuk itu, kita perlu memiliki pengalaman. Tentu saja kita tidak harus mengalami segala sesuatunya sendiri. Kita bisa meminjam pengalaman orang lain, atau menjadikan pengalaman orang lain sebagai pelajaran. Kita bisa melihat bagaimana pengalaman orang-orang yang berselingkuh akhirnya menyesali perbuatan mereka.

Kita juga bisa mempelajari pengalaman koruptor yang harus menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi. Selingkuh, korupsi adalah contoh dari pilihan yang buruk. Berdasarkan pengalaman orang lain, seharusnya kita tidak mengulangi kesalahan mereka dalam memilih perbuatan tersebut.

Ada empat tipe orang dalam konteks memilih:

  1. Orang yang belum tahu dan dia memilih hal yang salah. Orang seperti ini disebut kurang pengalaman atau tidak belajar dari pengalaman orang lain.
  2. Orang yang sudah tahu dan memilih hal yang benar. Ini adalah orang yang benar.
  3. Orang yang belum tahu tapi memilih hal yang benar. Inilah orang yang cerdas. Dia tahu bahwa setiap pilihan mengandung konsekuensi, dan dia hidup selaras dengan hukum alam.
  4. Orang yang sudah tahu tapi memilih hal yang salah. Orang-orang seperti ini termasuk orang yang bebal.

Hukum alam menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada harganya. Apa pun pilihan kita, kita harus menebus harga tersebut. Permasalahannya, apakah kita akan menebus harga itu di belakang atau di muka?

Jika menebus harga atas pilihan kita di belakang, itu disebut sebagai biaya (cost). Sementara jika kita menebus harga tersebut di muka, itu disebut sebagai investasi (investment). Semua orang ingin hidup berkecukupan. Untuk itu, kita bisa menebus harganya di belakang, misalnya, dengan melakukan korupsi, atau menebusnya di muka dengan bekerja keras.

Orang yang bahagia tahu benar bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi, dan mereka selalu memilih untuk menebus konsekuensi tersebut di muka. []

Leave a Reply

Your email address will not be published.