Trust vs. Love

“Love all, trust a few, do wrong to none.” —William Shakespeare

Cinta dan kepercayaan adalah dua hal yang berbeda. Selama ini banyak orang yang salah mengartikan kedua istilah ini. Mereka beranggapan, jika saya mencintai seseorang, maka otomatis mempercayainya. Demikian pula sebaliknya, jika saya mempercayai seseorang, maka otomatis mencintainya.

Padahal kenyataannya tidaklah demikian. Kita bisa saja mencintai seseorang namun tidak mempercayainya. Bukankah setiap orang tua pasti mencintai anak-anaknya? Tapi, apakah setiap orang tua pasti mempercayai anak-anaknya? Demikian pula sebaliknya, kita bisa saja mempercayai seseorang namun tidak mempercayainya.

Bukankah para Nabi yang mulai dulu adalah orang-orang yang dapat dipercaya dan memang dipercaya oleh umatnya? Dan, bukankah tidak semua umat yang mempercayai mereka lantas secara otomatis mencintainya? Hal ini membuktikan bahwa cinta dan kepercayaan sama sekali tidak memiliki keterkaitan.

Cinta adalah pemberian (given). Cinta tidak membutuhkan bukti. Jika ada orang yang tidak mencintai kita, itu sama sekali bukan urusan dan salah kita. Namun, kepercayaan adalah peraihan (earned). Kepercayaan membutuhkan bukti dari seseroang yang pantas untuk dipercaya. Jika ada orang yang tidak percaya pada kita, itu pasti ada yang salah dengan diri kita.

Cinta memiliki dua jalur. Jalur pertama tidak melalui kepercayaan; inilah cinta yang tidak logis. Tapi bukankah cinta memang kadang tidak membutuhkan logika? Itulah mengapada ada ungkapan dalam bahasa Inggris, “Love is blind”. Cinta memang buta. Namun, sebuah hubungan yang dilandasi oleh cinta yang buta tidaklah kukuh, dan amat rentan.

Orang yang posesif merupakan bentuk nyata dari cinta tanpa kepercayaan. Ketiadaan kepercayaan membuat seseorang merasa harus memiliki orang yang dicintainya. Sementara kepercayaan memberikan kebebasan. Ketika kita mempercayai seseorang, kita akan tenang meninggalkannya tanpa pengawasan dari diri kita.

Jalur kedua adalah melalui kepercayaan; inilah cinta yang rasional. Cinta seperti ini diberikan kepada orang-orang yang mampu membuktikan bahwa mereka layak dipercaya.

Lantas, manakah yang lebih utama, dicintai atau dipercaya? Karena dicintai hakikatnya merupakan pemberian, maka dipercayailah yang lebih utama. Kita harus bisa membuktikan bahwa diri kita layak untuk dipercaya, sedangkan dicintai sama sekali bukan urusan kita.

Adapun ciri-ciri orang yang dapat dipercaya antara lain:

  1. Apa yang dikatakannya sama dengan apa yang dilakukannya. Say = Do.
  2. Selalu menepati janji.
  3. Setia

Jika kita bisa menunjukkan tiga ciri di atas, maka kita adalah orang yang dapat dipercaya. Trust is more important than love.

Leave a Reply

Your email address will not be published.