Undervalue

“The most unhappy people are the ones who always undervalue what they have, and overvalue what others have.” —Anon.

Manusia memiliki kecenderungan meng-undervalue terhadap apa yang mereka miliki. Ketika apa yang mereka miliki itu hilang, barulah mereka menyesal dan menyadari “the right value” dari apa yang pernah mereka miliki.

Undervalue adalah ketika kita menilai sesuatu di bawah nilai yang wajar. Itu terjadi pada apa-apa yang kita miliki saat ini. Misalnya, saat kita memiliki pekerjaan, kita cenderung meng-undervalue pekerjaan kita. Namun, saat kita kehilangan pekerjaan tersebut, barulah kita sadar bahwa pekerjaan tersebut tidaklah serendah yang kita nilai dulu.

Ini berlaku pada apa pun yang kita miliki saat ini.

Lantas, kapan kita cenderung melakuakn overvalue? Psikolog Daniel Gilbert pernah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa overvalue terjadi saat kita menginginkan (wanting) sesuatu, dan saat kita membelinya (buying) value tersebut akan terus-menerus turun.

Ini terjadi karena kita memiliki paradigma “memiliki”, dan bukan paradigma “menikmati”. Sebelum memiliki sesuatu, kita membayangkan betapa bahagianya kalau kita memilikinya. Namun, begitu kita memiliki, maka akan muncul rasa aman bahwa target sudah tercapai. Kita pun akan mencari hal lain.

Memiliki adalah paradigma kesuksesan. Padahal, paradigma kebahagiaan bukanlah memiliki, melainkan menikmati. Inti dari menikmati adalah memperhatikan. Saat kita memperhatikan apa-apa yang kita miliki, kita akan terus-menerus menemukan keindahan dari milik kita tersebut.

Semakin kita memperhatikan, kenikmatan akan semakin bertambah, bukan sebaliknya. Memperhatikan apa yang kita miliki akan memunculkan rasa syukur terhadap apa-apa yang kita miliki. Seiring dengan perasaan syukur tersebut, maka kenikmatan yang kita rasakan akan semakin bertambah.

Ada 5 hal yang sering kita undervalue:

  1. Apa yang sudah kita miliki vs. apa yang belum kita miliki
  2. Sesuatu yang lama vs. sesuatu yang baru
  3. Apa yang dekat vs. apa yang jauh
  4. Sesuatu yang mudah vs. sesuatu yang sulit
  5. Sesuatu yang sering kali kita anggak sebagai hak vs. hadiah

Ada 3 langkah yang bisa dilakukan agar kita tidak meng-undervalue apa yang sudah kita miliki:

  1. Perhatikan apa yang kita miliki saat ini.
  2. Berikan skor (pasti skor tersebut meleset di bawah skor sesungguhnya).
  3. Bayangkan kalau yang kita miliki tersebut hilang. Skor yang diberikan pada poin 2 pasti akan meningkat.

Tuhan membekali manusia dengan kemampuan untuk membayangkan apa-apa yang belum terjadi. Kemampuan membayangkan tersebut akan menjaga kita dari meng-undervalue. Bayangkan apa yang akan terjadi, apa yang akan kita rasakan, saat sesuatu yang kita miliki itu pergi meninggalkan kita. Dengan membayangkan hal tersebut, akan muncul rasa syukur, dan kita bisa memberikan value yang tepat untuk apa-apa yang kita miliki saat ini. []

Leave a Reply

Your email address will not be published.