What Is Your Happiness Type

Semua orang pasti ingin bahagia. Bahkan, bagi mereka kebahagiaan lebih utama ketimbang kesuksesan. Orang-orang mungkin tidak akan marah jika ada yang mengatakan kepada mereka, “Sepertinya Anda tidak sukses.” Tapi, mereka pasti marah jika dikatakan, “Sepertinya Anda tidak bahagia.”

Segala upaya dilakukan oleh setiap orang untuk mencapai kebahagiaan. Sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang memilih tipe kebahagiaan yang tidak hakiki. Paling tidak, ada empat tipe kebahagiaan yang bisa kita pilih:

1. Bahagia karena alasan yang salah

Di sekitar kita ada orang yang merasa bahagia karena alasan yang salah. Seorang koruptor misalnya, dia merasa bahagia saat menggarong uang rakyat, dan aksinya itu tidak terungkap. Ada perasaan bahagia seolah-olah ia memperoleh rahmat dari Tuhan ketika melakukan korupsi dan tidak ketahuan.

Lama-kelamaan korupsi ini menjadi candu. Dia akan terus melakukan korupsi karena dia menyangka korupsi membuat dirinya bahagia. Inilah contoh kebahagiaan karena alasan yang salah, dan dilakukan oleh orang secara aktif.

Di samping itu, ada juga kebahagiaan karena alasan yang salah yang bersifat pasif. Misalnya, seseorang merasa bahagia saat ada orang lain yang menderita. Ada perasaan puas saat mengetahui orang yang tidak kita sukai―baik dengan atau tanpa alasan―mendapatkan kemalangan.

Dua contoh di atas termasuk ke dalam tipe kebahagiaan karena alasan yang salah. Kebahagiaan semacam ini jelas bukan tipe kebahagiaan hakiki karena menggantungkan kebahagiaan kita pada faktor luar, terlebih lagi faktor luar tersebut adalah hal yang salah.

2. Bahagia karena alasan yang baik

Selain bahagia karena alasan yang salah, ada pula tipe kebahagiaan yang lahir karena alasan yang baik. Misalnya, kita bahagia karena memiliki pasangan yang setia atau anak-anak yang baik. Meski terlihat baik, tipe kebahagiaan seperti ini juga bersifat temporer dan bergantung pada faktor luar.

Bagaimana jika suatu saat kita mendapati pasangan kita ternyata tidak setia, atau perilaku anak-anak yang tidak sesuai dengan harapan kita? Pada saat itu kebahagiaan kita akan lenyap dengan berganti dengan penderitaan. Kebahagiaan karena alasan yang baik ternyata bersifat labil dan mudah berubah.

3. Bahagia meskipun

Ini adalah tipe kebahagiaan yang hakiki, ketika kita bahagia meskipun hal-hal di luar kita tidak seperti harapan kita. Kita tidak menggantungkan kebahagiaan kita pada faktor luar yang tidak bisa kita kendalikan.

Memiliki pasangan yang setia akan melengkapi kebahagiaan kita. Akan tetapi, seandainya pun kita dikhianati oleh pasangan kita, hal itu tidak akan membuat kita menderita. Alangkah ruginya kita, sudahlah dikhianati oleh pasangan, kita pun hidup menderita.

Demikian pula dengan anak-anak yang baik, atasan di kantor yang mau mendengarkan, atau bawahan yang kooperastif dan kolaboratif. Itu semua hanyalah pelengkap kebahagiaan kita, dan bukan faktor yang memengaruhi kebahagiaan kita. Jangan sampai kita rugi dua kali dengan menggadaikan kebahagiaan kita hanya karena anak-anak yang nakal, atasan di kantor yang mau menang sendiri, atau bawahan yang suka membangkang.

4. Bahagia kalau

Tipe keempat adalah bahagia kalau. Tipe kebahagiaan ini mirip dengan tipe pertama dan kedua, hanya saja faktor yang memengaruhi kebahagiaan itu belum terjadi. Katakanlah, kita bahagia kalau kita menang tender, atau kita bahagia kalau gaji kita naik.

Apakah saat ini kita sudah menang tender atau gaji kita naik? Jawabannya belum dan belum tentu. Artinya, saat ini kita belum bahagia, dan kita baru akan bahagia jika persyaratan-persyaratan tersebut terpenuhi (kita menang tender, dan gaji kita naik).

Masalahnya, persyaratan-persyaratan tersebut di luar kendali kita. Artinya, kita menggantungkan kebahagiaan kita pada faktor luar dan itu pun belum dan belum tentu terjadi. Padahal yang kita butuhkan sekarang adalah bahagia saat ini, bukan bahagia esok nanti yang penuh dengan ketidakpastian.

Leave a Reply

Your email address will not be published.