When Friends Become Enemies

“Love is the only force capable of transforming an enemy into a friend.” —Martin Luther King, Jr.

Ada tiga hal di dunia ini yang bisa menyebabkan seorang teman menjadi musuh. Ketiga hal tersebut adalah:

1. Uang
Sebelum ada (persoalan) uang, hubungan antar-teman biasa-biasa saja. Hubungan bisa merenggang atau bahkan berubah menjadi musuh ketika ada (persoalan) uang di antara mereka.

Ini terjadi karena manusia cenderung kepada hal yang konkret ketimbang abstrak. Uang adalah konkret, sementara pertemanan adalah hal yang abstrak.

2. Kompetisi
Dalam hal perebutan sumber daya, tak jarang orang-orang yang tadinya berteman berubah menjadi bermusuhan. Sumber daya yang diperebutkan bisa berbentuk proyek, jabatan, atau bahkan cinta.

3. Politik
Politik kerap melahirkan fanatisme, bahkan melebihi fanatisme kepada agama. Banyak orang yang tadinya berteman kemudian menjadi bermusuhan karena berbeda pilihan dalam politik, tapi jarang orang yang bermusuhan karena berbeda agama.

Dalam pilpres AS baru-baru ini misalnya, menurut sebuah survei 66% orang di Amerika menyatakan bahwa pilpres AS 2016 ini merupakan masa-masa terburuk dalam pertemanan. Bahkan Facebook mencatat 7% penggunanya yang berasal dari Amerika memilih memutuskan pertemanan (unfriend) karena perbedaan pilihan politik.

Hal yang sama pun terjadi di tanah air. Politik adalah perkara yang amat sensitif. Ketika kita membicarakannya di media sosial misalnya, akan banyak orang yang pro dan kontra. Ketika kita berdebat politik dengan seseorang di media sosial, maka ada banyak musuh-musuh laten yang berseberangan pilihan dengan kita.

Uang, kompetisi, dan politik pada dasarnya adalah sesuatu yang netral, namun kitalah yang membuatnya menjadi berpihak. Keberpihakan ini bergantung pada tingkat kedewasaan (maturity level) seseorang.

Semakin tinggi tingkat kedewasaan seseorang, maka pengaruh uang, kompetisil, dan politik terhadap hubungan pertemannya akan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kedewasaan seseorang, maka pengaruh uang, kompetisi, dan politik terhadap pertemanannya semakin tinggi.

Musuh tidak akan ada jika kita tidak mengizinkannya. Musuh hanya ada jika kita memberikan izin kepada orang yang memusuhi kita untuk menjadi musuh. Jika kita tidak memberikan izin, maka orang yang memusuhi kita tidak akan menjadi musuh kita.

Untuk mengembalikan teman yang menjadi musuh, maka kita harus bisa memaafkan dengan ikhlas. Ada dua ciri bahwa kita sudah memaafkan dengan ikhlas:

1. Tidak ada keinginan untuk membalas, termasuk merasa senang ketika orang yang pernah bermasalah dengan kita mendapatkan masalah.

2. Tidak ada keinginan untuk menghindar.

Jika dua hal ini sudah ada pada diri seseorang terhadap orang yang pernah bermasalah dengan dirinya, maka dia sudah memaafkan orang tersebut dengan ikhlas.

Leave a Reply

Your email address will not be published.