Worry vs. Surrender

Pekan yang lalu Smart Happiness membahas topik “The End of Worry”, yang salah satu poin pentingnya adalah kekhawatiran atau kecemasan adalah perasaan yang menganggu kebahagiaan kita. Semua orang pasti pernah merasa khawatir. Perasaan khawatir memiliki dua dimensi, yakni keinginan dan ketidakpastian.

Semakin tinggi keinginan yang kita miliki, ditambah dengan ketidakpastian, maka semakin tinggi pula kekhawatiran kita. Kekhawatiran adalah saat kita membayangkan sesuatu yang tidak kita inginkan.

Saat membayangkan sesuatu yang tidak kita inginkan, maka alam semesta aka mendukung untuk kekhawatiran itu. Kebalikan dari khawatir, doa adalah membayangkan sesuatu yang kita inginkan.

Saat sedang senang, manusia cenderung lupa kepada Tuhannya. Demikian pula saat sedang sedih, kita biasanya tidak mengharapkan bantuan Tuhan sebab sedih adalah kondisi ketika sesuatu (yang buruk) telah terjadi, dan kita tidak lagi memiliki harapan untuk bisa mengubahnya.

Berbeda dengan sedih, khawatir justru perasaan yang bisa membuat kita merasa sangat dekat dengan Tuhan. Dalam kekhawatiran masih terdapat harapan bahwa sesuatu (yang buruk) itu tidak terjadi. Di saat harapan itu masih ada, kita akan mengharapkan bantuan Tuhan untuk memberikan yang terbaik untuk diri kita.

Saat kita merasa khawatir, sesungguhnya terbentang dua jalan di hadapan kita: jalan panik dan jalan berserah. Panik adalah kondisi ketika kita memaksa untuk mengontrol sesuatu. Semakin tinggi usaha kita untuk mengontrol, kita semakin merasa tidak berdaya (powerless).

Jalan kedua, berserah, adalah saat kita meminjam kekuatan Tuhan untuk menghadapi permasalahan. Saat berserah, kita semakin merasa berdaya (powerful). Jalan mana yang kita pilih sepenuhnya bergantung pada keimanan kita. Kita berserah karena kita percaya.

Keimanan dan kekhawatiran itu berbanding terbalik. Semakin tinggi keimanan kita, semakin rendah kekhawatiran kita. Sebaliknya, semakin rendah keimanan kita, maka semakin tinggi rasa khawatir itu.

Berserah adalah puncak tertinggi dari keimanan seseorang. Tidak ada berserah tanpa kekhawatiran. Berserah (surrender) berbeda dengan pasrah. Berserah itu aktif, yakni kita menyerahkan hasil dari upaya kita kepada keputusan Tuhan. Sementara pasrah itu pasif, yaitu kita tidak melakukan apa-apa, hanya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.