Bahagia ada Ilmunya!

Banyak orang menyangka bahwa bahagia itu hanya sebuah feeling (perasaan) atau hanya sebuah emosi saja, padahal sesungguhnya bahagia itu ada ilmunya.

Setiap orang berhak untuk bahagia. Untungnya, ternyata setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih respons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Memang sebenarnya Anda sendirilah yang bisa mengendalikan emosi diri. Akan tetapi, tidak semua orang mampu mengatur naik turunnya emosi. Menariknya, kebahagiaan itu bisa dibuat oleh manusia itu sendiri karena bahagia ternyata ada ilmunya.

“Dan kalau kita belajar mengenai ilmu kebahagiaan itu bisa menjamin kita untuk selalu bisa memaintain kebahagiaan atau level happiness kita, setiap hari bahkan setiap saat.” Terang Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional di bidang Leadership dan Happiness, saat menjadi Narasumber dalam Smart Happiness, Sapa Indonesia Pagi, Kompas Tv. Rabu (27/02/2019).

Menurut Arvan, bahagia itu sesungguhnya adalah irisan dari lima disiplin ilmu. Pertama dari ilmu Psikologi yang dalam hal ini merupakan psikologi positif yang membahas mengenai makna hidup, bagaimana bisa meningkatkan kebahagiaan ataupun mencapai level Happiness yang diinginkan.

“Tokoh-tokohnya banyak, salah satunya seperti Martin Seligman yang meneliti  psikologi positif” Ujar Arvan.

Yang kedua adalah ilmu Human Resources Management (Sumber Daya Manusia), yang meneliti mengenai bagaimana kebahagiaan di tempat kerja. Pasalnya, sekarang ini telah ditemukan penelitian bahwa happiness (kebahagiaan) itu merupakan salah satu tool yang paling penting untuk mencapai target dan untuk mencapai kesuksesan.

“Sudah banyak ahli yang telah melakukan penelitian, salah satunya Shawn Achor yang telah menemukan penelitian bahwa orang-orang yang bahagia itu kinerjanya 56 persen lebih tinggi atau lebih produktif dari orang yang biasa-biasa saja (kurang bahagia).”jelas Arvan.

Ilmu yang ketiga, itu namanya ilmu agama. Karena, menurut Arvan  setiap orang yang memeluk agama apapun pada akhirnya untuk mencapai Surga, Heaven, atau Nirwana. Dan itu sesungguhnya merupakan  puncak dari Happiness. Sehingga, belajar agama apapun sesungguhnya merupakan belajar agar bagaimana bisa bahagia.

Yang keempat adalah ilmu filsafat. Karena, Filsafat itu adalah ilmu yang mencari akar dari segala sesuatu ataupun penyebab hakiki dari segala sesuatu. Apa sesungguhnya yang dicari manusia di dunia ini dan berujung pada Happiness.

“Jadi semenjak zaman aristoteles sampai sekarang itu, ilmu filsafat selalu bicara mengenai Happiness, sebagaimana manusia dapat selalu hidup bahagia dan menikmati keberadaannya di dunia ini.” Terang Arvan.

Terakhir, ilmu yang Kelima, adalah ilmu Neuroscience, Ilmu mengenai otak. Otak manusia itu ada neuron-neuron dan saat berpikiran positif, maka neuron-neuron itu akan terhubung dan menghasilkan zat kimia yang bernama neurotransmitter. Jika berpikir positif, maka zat-zat yang dilepaskan oleh otak adalah zat-zat yang membuat bahagia dan lebih sehat. Seperti Serotonin, Dopamin, Endorfin.

“Tetapi jika kita berpikiran negative, selalu pesimis dan sebagainya, maka otak kita akan melepaskan zat-zat yang akan merusaak kesehatan kita dalam jangka panjang. Seperti Kortisol misalnya. Nah ini didekati oleh ilmu yang namanya Neuroscience.” Jelas Arvan.

Lebih lanjut, Arvan menerangkan bahwa intinya kebahagiaan itu ada di pikiran kita.

“Sehingga bagaimana kita untuk mengelola pikiran sangat penting sekali.” Tandasnya. (ACS)

Leave a Reply

Your email address will not be published.