I Love Monday

I Love Monday PinSenin dan Jumat barangkali hari yang paling populer bagi kaum profesional. Cuma bedanya yang pertama dibenci, sementara yang kedua dinanti-nanti. Untuk hari Senin,  mereka bisa dengan lantang berteriak “I HATE MONDAY!”, sementara untuk hari Jumat mereka bersyukur karena masih sempat menikmatinya dengan berkata, “Thank god it’s Friday”.

Senin merupakan “hari spesial” bagi kaum profesional. Pada hari itu jutaan profesional bisa mendadak sakit karena mengidap sindrom “Monday Blues”, yang bisa memaksa mereka resign. Penelitian British Medical Journal melaporkan serangan jantung meningkat 20 % pada hari Senin.

Apakah Anda sering kena “Monday Blues”? Kalau ya, pemikiran Arvan Pradiansyah menarik kita simak. Dia menyatakan, hari Senin adalah hari yang tepat untuk set up the pace (menentukan kecepatan) selama lima hari ke depan. Jadi hari Senin benar-benar krusial.

Sebegitu penting hari itu, sampai Arvan menyiapkan sesi motivasi “I Love Monday” pada Sabtu, 28 Januari 2012 dengan tujuan membuat kaum profesional antusias sejak hari pertama kerja. Dia bahkan sudah menulis buku berjudul sama, yang rencananya akan diluncurkan pada hari tersebut.

Sebagai konsultan yang telah memberi sesi motivasi kepada ribuan orang di ratusan perusahaan nasional maupun multinasional, Arvan prihatin dengan banyaknya orang yang tidak bahagia memulai kerja di hari Senin, dan berhari-hari ke depan hanya gembira bila ada “happy hour” dan menunggu “Thank god it’s Friday”.

Bekerja Harus Bahagia

Kaum profesional mayoritas menghabiskan waktu demi perusahaan. Setengah dari waktu hidup mereka bisa jadi berlangsung di kantor. Mereka bekerja, mengembangkan, dan memajukan perusahaan, berusaha mencapai target, menghadapi deadline, dan dipacu untuk meningkatkan berbagai pencapaian. Tentu sayang sekali bila antusiasme bekerja itu rusak hanya gara-gara sindrom “Monday Blues” yang membuat orang tak bahagia memulai bekerja.

Efek samping dari tidak bahagia bekerja sangat serius. Stres, migrain, gelisah, dan sakit pencernaan hanya sedikit dari penyakit “ringan” yang umum didera kaum profesional. Belum lagi bila mereka bekerja di tempat yang tidak sehat. Persaingan dan politik kantor malah sering membuat orang merasa tersiksa daripada membentuk sinergi. Banyak juga orang terpaksa bekerja di bidang yang tak disukainya. Kondisi-kondisi seperti itu membuat orang tidak bahagia di kantor.

Dengan “I Love Monday”, Arvan Pradiansyah memberi tips dan tools agar para profesional mendapatkan kebahagiaan di tempat kerja. Dia menyatakan happiness justru bisa meningkatkan produktivitas. Penelitian membuktikan seorang salesman yang bahagia mampu meningkatkan penghasilan 53 % lebih tinggi dibandingkan salesman yang tidak. Bahkan tanpa ragu dia menyatakan, profesional kelas dunia seperti Steve Jobs (pendiri Apple Inc.), Richard Branson (pendiri Virgin Group), Soichiro Honda (pendiri Honda) adalah orang yang bahagia dengan pekerjaannya.

Mereka bukan saja mampu melahirkan produk yang inovatif dan menjawab kebutuhan zaman dan massa, melainkan juga visioner, punya spirit dan etos kerja luar biasa. Mereka mengubah paradigma “bahagia dulu baru sukses.” Itulah yang hendak ditularkan Arvan dengan program “I Love Monday.” Hingga kini mayoritas orang percaya dengan paradigma lama, yaitu “sukses dulu baru bahagia.” Apalagi masih banyak pemimpin di perusahaan melarang karyawan untuk bahagia sebelum mampu memenuhi target.

Paradigma baru tersebut sesuai dengan hasil penelitian baik di bidang psikologi dan industri. Riset terhadap 275.000 orang dari perusahaan Fortune 500 membuktikan bahwa kebahagiaan adalah penyebab kesuksesan. Pendapatan Virgin Group sejak tahun 2008 mencapai lebih dari $21,3 milyar dolar AS. Richard Branson menyatakan, kunci kesuksesan tersebut ialah prinsip kebahagiaan yang diterapkan di perusahaannya.

Kunci Utama Bahagia: Memilih Pikiran

Banyak hal bisa membuat karyawan tidak bahagia. Target, deadline, budaya perusahaan, senioritas, apalagi atasan yang suka menuntut dan menyalahgunakan kekuasaan kerap jadi alasan. Agar tetap bisa bahagia menghadapi semua itu, kunci utamanya ialah memilih pikiran. Orang harus pandai menyaring informasi, agar bisa menyatukan badan dan pikiran di satu tempat.

“Memilih tindakan tidak menghasilkan kebahagiaan, malah bisa membuat kita memendam amarah dan tetap sakit hati,” demikian kata Arvan yang juga mengasuh rubrik Life is Beautiful di Bintang Indonesia. Pikiran yang sehat menentukan orang bahagia. Karyawan yang bahagia berpeluang lebih banyak mendapat keuntungan dan manfaat (advantage) dalam menjalani pekerjaannya. Soichiro Honda berkata, “Orang jangan mengorbankan diri untuk perusahaan. Mereka justru harus datang bekerja di perusahaan untuk membahagiakan diri sendiri.”

Orang yang sehat dan bahagia akan menjadi individu yang positif, kreatif, dan optimistik. Otaknya menghasilkan enzim serotonin dan valium yang membuat dirinya damai dan gembira. Di tempat kerja, orang seperti ini banyak berguna, sebab mampu memberi makna dan manfaat lebih besar. Muara dari semua itu suksesnya lebih besar.

Steve Jobs pernah berkata, “Kerja Anda akan mengisi sebagian besar hidup Anda. Satu-satunya cara agar Anda benar-benar puas ialah mengerjakan apa yang Anda yakin sebagai karya hebat. Satu-satunya cara melakukan pekerjaan hebat ialah mencintai apa yang Anda kerjakan.”

Tampaknya simpel: Kalau mau bahagia di tempat kerja, Anda harus benar-benar “I Love Monday.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.