“Writing is an exploration. You start from nothing and learn as you go.” —E. L. Doctorow

Tidak semua orang yang menulis berprofesi sebagai penulis. Tetapi menulis untuk membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Menulis merupakan media bagi kita untuk melepaskan tekanan emosi yang kita rasakan, dan membebaskan diri kita dari tekanan tersebut.

Kita harus meluangkan waktu yang mungkin tidak sedikit untuk menulis. Tuliskan isi pikiran dan perasaan Anda tanpa menghiraukan segala aturan kebahasaan. Setelah semua isi pikiran dan perasaan Anda tertuang dalam bentuk tulisan, barulah Anda bisa merapikannya dengan mengikuti kaidah-kaidah kebahasaan.

Pikiran kita berjalan begitu cepat. Berbagai ide berseliweran di kepala kita. Ini menyebabkan ada pikiran di atas pikiran. Sampai-sampai kita tidak bisa lagi mengenali pikiran-pikiran tersebut.

Seperti halnya meditasi, menulis adalah cara untuk memperlambat pikiran-pikiran tersebut. Kita mengeluarkan pikiran-pikiran yang berseliweran ke dalam bentuk tulisan, dan memberikan ruang bagi otak kita untuk rileks. Menulis merupakan cara untuk menjernihkan pikiran kita agar kita bisa move-on karena tidak lagi disandera oleh pikiran-pikiran yang mengganggu.

Prof. James W. Pennebaker, seorang profesor psikologi dari University of Texas pernah mengadakan penelitian dampak menulis terhadap kesehatan dan kesuksesan seseorang. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa orang yang menulis untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih sukses.

Tidak semua tulisan harus dipublikasikan atau dibaca oleh orang lain. Tapi, meski tak dibaca oleh orang lain, menulis ekspresif tetap memberikan manfaat bagi penulisnya, untuk menyembuhkan luka-luka si penulis. Menulis merupakan healing therapy bagi kita.

Menyimpan isi pikiran dan perasaan menguras energi yang mengganggu kebahagiaan dan kesehatan kita. Orang yang bahagi adalah mereka yang memiliki kanal untuk mencurahkan isi pikiran dan perasaannya. Menulis merupakan salah satu kanal yang efektif untuk itu.