Coz We’re Brothers

“You cannot further the brotherhood of man by inciting class hatred.” —William J. H. Boetcker

“Saudara” adalah kata terindah dalam hubungan antar-manusia. Bayangkan apabila seseorang memperkenalkan Anda sebagai saudaranya kepada orang lain, bukan sekadar teman atau kenalan, apa yang Anda rasakan? Perasaan bahagia, bukan?

Uniknya, semakin besar perbedaan antara kita dengan “saudara” kita tersebut, maka semakin indah hubungan persaudaran yang terbangun. Namun, dewasa ini sisi persaudaraan kita semakin terkikis. Apalagi dalam situasi politik yang memanas, ketika kita dan saudara-saudara kita memilih untuk menjadi partisan.

Menjadi partisan adalah salah satu bentuk kepentingan. Segala kepentingan sesungguhnya bersifat sementara, sementara persaudaraan (dan kemanusiaan) bersifat abadi. Jangan sampai hanya karena sesatu yang sementara, kita mengorbankan sesuatu yang abadi.

Orang yang berkutat dengan kepentingan semata disebut sebagai political animal atau economic animal. Sementara orang yang mementingkan sisi kemanusiaan yang berjangka panjang adalah orang-orang yang spiritual.

Dalam momen pilkada, misalnya, kita sesungguhnya tidak sedang berhadapan dengan musuh, melainkan lawan. Pilkada ibarat sebuah game yang membutuhkan lawan agar ramai dan semarak. Persaingan dalam pilkada pun sesuatu yang wajar dan justru menguntungkan kita sebagai warna karena masing-masing kontestan akan mengeluarkan potensi terbaik mereka, dan memperbaiki apa-apa yang perlu mereka perbaiki.

Mari sikapi perbedaan dalam pilkada secara beradab. Peradaban dan kemanusiaan selalu dimulai dengan kata “kita”. Pilkada adalah proses untuk mencari pemimpin yang terbaik untuk kota “kita”.

Ketika kita mengatakan “kita”, kita berada dalam satu kubu, dalam satu tubuh.

Bayangkan, betapi indah dan harmonisnya hubungan masing-masing organ dalam satu tubuh. Ketika kepala kita sakit, maka seluruh tubuh akan ikut merasakannya. Begitu pula ketika bagian tubuh lainnya yang sakit, maka bagian-bagian tubuh yang tidak sakit akan ikut merasakannya. Itulah gambaran tentang persaudaraan.

Unsur terpenting dari persaudaraan bukan cinta (love), melainkan connection (hubungan). We need to feel connected. Keterhubungan adalah merasa bahwa saya berada dalam satu tubuh dengan saudara-saudara di mana pun mereka berada.

Esensi dari persaudaraan adalah ketika kita terhubung satu sama lain. Ketika kita terhubung satu sama lain, maka akan terlahir rasa cinta. Jadi, yang menumbuhkan rasa cinta adalah keterhubungan, sedangkan yang membuat tidak ada cinta adalah ketika kita tidak merasakan adanya keterhubungan. Kasih adalah melihat orang lain sama dengan kita, seakan-akan melihat diri kita sendiri.

Perbedaan sendiri justru menunjukkan keindahan. Perbedaan merupakan produk Tuhan, bukan produk manusia. Tuhan bisa dikenali dengan perbedaan-perbedaan di antara makhluk-Nya. Pencipta bisa dikenali dari ciptaannya. Setiap orang sesungguhnya mewakili sebagian kecil dari keindahan Tuhan.

Kita seharusnya senang melihat orang yang berbeda karena melihat keindahan Tuhan yang baru. Semakin kita mengeksplorasi perbedaan, kita semakin menyadari bahwa kita bersaudara. Ketika kita merasa bersaudara kita merasa aman, merasa feel at home. Dan kita bisa menjadi diri kita seutuhnya tanpa harus takut dihakimi.

Kalau kita belum terbiasa dengan perbedaan pendapat, maka hindarilah isu-isu politik karena politik acap menciptakan militansi. Kalau Anda melakukan kebaikan pada banyak orang, orang tidak perlu tahu agama Anda.

Ciri orang yang spiritual adalah mudah melihat kesamaan, bukan perbedaan. Sementara orang yang religius sangat mudah melihat perbedaan. Orang yang spiritual berada dalam frekuensi yang sama dengan sesama makhluk Tuhan.

Spiritualitas adalah apa pun Anda, kita semua berasal dari Yang Satu dan akan kembali kepada Yang Satu .

Untuk kembali merekatkan persaudaraan di antara kita, kita perlu membenahi beberapa mindset:

  1. Perbedaan adalah produk Tuhan, bukan produk manusia.
  2. Perbedaan itu justru menunjukkan kehebatan penciptanya.
  3. Perbadaan itu menciptakan keindahan.
  4. Perbedaan selalu diawali dengan perbedaan kepentingan.
  5. Kepentingan bersifat sementara.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.