Eksis atau Narsis?

 

Eksis dan narsis adalah kata sekaligus fenomena yang sangat kekinian dan sangat dekat dengan kita. Kedua kata ini bahkan semakin santer sejak media sosial tumbuh di dunia maya. Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan eksis? Dan, apa kaitannya dengan narsis yang sudah kita bahas minggu lalu?

Kata eksis sesungguhnya telah mengalami pendangkalan makna. Saat ini seseorang dikatakan atau mengatakan dirinya eksis cukup hanya dengan “ada” di media sosial. Untuk eksis, mereka cukup meng-upload foto, video, atau tulisan di media sosial.

Berbeda dengan dulu, seseorang baru bisa dikatakan eksis apabila telah berkarya dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi masyarakat luas. Seorang pemimpin akan eksis jika kebijakannya tidak hanya populis, melainkan juga mampu menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat.

Seorang ilmuwan dikatakan eksis apabila penemuannya memberikan dampak yang luas di masyarakat. komposer disebut eksis jika karya-karya komposisinya dinikmati oleh banyak orang. Seorang motivator baru bisa eksis jika melahirkan banyak karya yang mencerahkan publik.

Eksis adalah hal yang positif. Tuhan mengirimkan kita ke dunia untuk eksis. Keberadaan kita di dunia harus bisa mengubah dunia ini dengan cara memberikan kontribusi kepada dunia melalui potensi-potensi yang ada pada diri kita.

Sebaliknya, tidak ada narsis yang positif. Narsis lahir dari sebuah kebutuhan emosional yang belum terpenuhi. Setiap orang butuh dihargai, didengarkan, dipuji, dan sebagainya. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi dengan sempurna, maka seseorang tidak akan beranjak dari berfokus pada dirinya sendiri.

Ketika seseorang belum selesai dengan dirinya sendiri, dia tidak akan masuk ke level selanjutnya: mengasihi orang lain. Padahal, kita tidak mungkin bahagia kalau kita tidak peduli dan mengasihi orang lain. Dan, kita tidak mungkin bisa peduli dan mengasihi orang lain jika kita belum selesai dengan diri kita sendiri.

Banyak orang yang menyangka bahwa kebahagiaan bisa dicapai dengan cara narsis. Mereka menyangka bahwa kebahagiaan bisa mereka raih dengan mengumpulkan like dan comment untuk posting-posting mereka di media sosial.

Orang yang esksis adalah orang yang berdampak melalui karya dan kontribusi mereka di masyarakat. Inti dari eksis adalah giving dan mementingkan orang lain. Saat mementingkan orang lain sesungguhnya kita sedang memuliakan diri kita sendiri.

Sementara orang yang narsis adalah orang yang tidak peka, tidak peduli terhadap orang lain. Bagi orang-orang yang narsis, diri merekalah yang paling penting, dan orang lain tidak. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Eksis atau Narsis?” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.