Hard to Say I’m Sorry

Salah satu tradisi lebaran di Indonesia adalah saling meminta maaf. Setiap orang yang berjumpa saling menjulurkan tangan, mengucapkan selamat berlebaran, dan meminta maaf lahir dan batin.

Meski meminta maaf bukanlah hal yang mudah, namun di saat lebaran, semua terasa ringan. Pertanyaannya, apakah meminta maaf pada saat lebaran akan menghapuskan kesalahan kita dan kembali merekatkan hubungan kita dengan orang lain?

Jawabannya, tidak. Meminta maaf pada saat lebaran tidak menghapuskan kesalahan kita dan kembali merekatkan hubungan kita. Hal itu terjadi karena meminta maaf pada saat lebaran tidaklah spesifik.

Padahal, untuk meminta maaf, kita harus membuat pengakuan kesalahan terlebih dahulu. Ketika kita meminta maaf dengan menyebutkan kesalahan yang spesifik dan menunjukkan penyesalan, maka hubungan yang tadinya renggang akan kembali rekat.

Meminta maaf pada saat lebaran hanyalah formalitas, tradisi, dan bukan untuk mengobati luka yang sesungguhnya. Meskipun demikian, meminta maaf pada saat lebaran tetap diperlukan untuk menghapuskan dosa-dosa kecil, dosa-dosa yang tidak kita sadari.

Meminta maaf sesungguhnya bukan perkara yang mudah. Hal utama yang membuat kita sulit meminta maaf adalah ego kita yang terlalu besar. Bukankah salah satu ciri manusia itu adalah tidak mau disalahkan? Bahkan ketika kita berbuat salah pun, kita tidak mau disalahkan.

Ketika seseorang harus datang kepada orang lain dan mengaku salah, dia merasa harga dirinya tercampakkan. Untuk mengalahkan ego, kita harus melihat dari sudut pandang orang lain.

Ketika kita datang untuk meminta maaf kepada orang lain, orang lain akan memandang positif terhadap diri kita. Untuk meminta maaf, kita harus melawan apa yang ada dalam diri kita.

Lakukan apa yang bisa kita kendalikan, apakah orang lain akan memaafkan kita atau tidak, itu berada di luar kendali kita.

Semakin besar kesalahan kita, semakin berat untuk kita meminta maaf. Agar tidak perlu meminta maaf, maka jangan pernah melakukan kesalahan.

Agar tidak pernah berbuat salah, jangan pernah menganggap orang lain itu tidak penting. Jangan pernah menyepelekan janji-janji kita. Jangan pernah menganggap orang melupakan janji yang pernah kita ucapkan.

Meminta maaf dan memberi maaf sama-sama sulit. Tetapi, orang bisa berpura-pura memaafkan namun tidak bisa berpura-pura meminta maaf.

Meminta maaf harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan menunjukkan bahwa kita menyesali perbuatan kita. Meminta maaf harus dari dalam hati dan dilakukan dengan penyesalan, keinginan untuk mengobati luka hati orang lain, dan memperbaiki hubungan. Tanpa penyesalan, tidak ada permintaan maaf.

Meminta maaf ibarat lem superglue yang bisa merekatkan apa apun yang retak.

Permintaan maaf yang paling tulus diikuti dengan perubahan sikap dan perilaku.

Ketika Anda berbuat salah, pastikan itu tidak dilandasi oleh niat jahat

Segera minta maaf ketika Anda berbuat salah. Semakin lama Anda menunda permintaan maaf, semakin kesalahan itu membebani hidup Anda.

Secara psikologis, meminta maaf membuat hati kita menjadi lega.

Secara sosiologis, meminta maaf akan membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih baik.

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Hard to Say I’m Sorry” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Ledership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.