Keep Being You

Kalimat “Keep Being You” atau yang lebih sederhana “Be Yourself” sering disalahartikan oleh orang-orang yang menolak perubahan. Mereka enggan berubah dan mengatakan kepada orang lain untuk menerima diri mereka apa adanya. Mereka berlindung dan mencari pembenaran di balik kalimat-kalimat tersebut.

Tentu saja, kalimat-kalimat tersebut adalah kalimat yang baik jika disampaikan pada saat yang tepat. Tapi, jika disampaikan pada saat yang tidak tepat, kalimat tersebut akan sangat menjebak mereka yang mengucapkannya, yakni ketika seseorang belum mencapai tingkat kematangan tertentu.

Untuk mengetahui tingkat kematangan yang perlu kita capai, kita harus memahami dua tipe You dalam diri kita:

  1. The current you. Anda yang sekarang versi diri Anda sendiri.
  2. The real you. Anda yang sesungguhnya versi Tuhan.

Ketika Tuhan menurunkan kita ke dunia, kita adalah manusia yang belum selesai. Kita hanya diturunkan dengan potensi-potensi yang melekat pada diri kita. Selanjutnya, tugas kita adalah mengembangkan potensi-potensi tersebut sebaik-baiknya, agar kita bertumbuh menjadi manusia yang paripurna atau insan kamil.

Hakikat penciptaan manusia bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain. Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia yang berguna, jika dia memiliki nilai guna untuk orang lain, bukan nilai guna untuk dirinya sendiri.

Hal ini tercermin pula pada benda-benda yang ada di sekitar kita. Semua benda yang diciptakan oleh manusa memiliki fungsi yang berguna untuk orang lain, bukan bagi dirinya sendiri.

Tantangan terbesar bagi manusia adalah mengenali dirinya sendiri. Untuk itu, kita perlu melakukan perjalanan ke dalam diri kita. Temukan diri kita dengan menggali potensi-potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita.

Tanyakan pada diri kita:

  1. Apa yang kita sukai? Sesuatu membuat waktu berjalan cepat ketika kita melakukannya. Itulah passion kita.
  2. Apa yang bisa kita lakukan dengan mudah, sementara orang lain tidak bisa atau sulit melakukannya? Itulah talent kita.
  3. Apakah ada orang yang mau membayar kita untuk passion dan talent terebut?

Dengan menjawab ketiga pertanyaan saringan tersebut, kita akan menemukan hakikat dan tujuan penciptaan kita. Bahwa kita ada untuk menyelesaikan sebuah missi suci yang diamatkan oleh Tuhan kepada kita.

Ketika kita telah mengeksplorasi setiap potensi dalam bentuk passion dan talent kita, dan memanfaatkannya untuk membantu orang lain, barulah kita disebut telah mencapai tingkat kematangan tertentu. Dan saat itulah kita baru bisa mengatakan, “Keep being you” pada diri kita sendiri.

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Keep Being You” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.