Lonely vs. Alone

Tidak semua orang yang sendirian (alone) itu kesepian (lonely), dan tidak semua orang yang kesepian (lonely) itu sendirian (alone). Ada banyak orang yang tetap merasa kesepian meskipun dia berada di tengah keramaian.

Sendirian adalah pilihan; kesepian adalah keterpaksaan. Sendirian adalah fakta, nyata, objektif; kesepian adalah perasaan, subjektif. Orang yang kesepian tidak bisa bahagia, tapi orang yang sendirian bisa bahagia karena dalam kesendirian seseorang bisa melakukan banyak hal.

Sejarah membuktikan bahwa kesepian adalah masalah pertama yang dihadapi manusia. Manusia pertama diciptakan Tuhan adalah Adam. Adam diperkenankan berada di surga yang merupakan puncak kebahagiaan.

Di surga Adam mendapatkan semua yang ia inginkan. Tapi, Adam tetap merasa kesepian. Untuk mengatasi kesepiannya itulah, Tuhan menciptakan Hawa yang diambil dari tulang rusuk Adam.

Kesepian pula yang akan menjadi masalah pertama yang dihadapi oleh manusia pada akhir zaman nanti. Namun, orang yang kesepian bukan dikarenakan tidak memiliki teman. Orang yang kesepian adalah orang yang merasa tak seorang pun yang memahaminya.

Kesepian bukan masalah kuantitas, tapi masalah kualitas dari sebuah hubungan. Orang yang memahami kita adalah mereka yang menerima kita apa adanya, menerima kita sepenuhnya.

Itulah mengapa setiap manusia membutuhkan soulmate yang bisa memahami kita, mengerti kita apa adanya. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan seseorang yang memahami kita luar dan dalam.

Kebutuhan ini merupakan isyarat dari Tuhan bahwa manusia membutuhkan pasangan hidup, persis seperti Adam yang membutuhkan Hawa. Namun sayangnya, berdasarkan penelitian di AS, lebih dari 60% orang yang menikah justru merasa kesepian.

Hal ini terjadi karena ada yang tidak ada connectedness (keterhubungan) antara pasangan yang telah menikah. Kesepian ini terjadi karena ketidakmampuan kita membangun relasi. Saat merasa kesepian, itu merupakan perintah bagi kita untuk membangun hubungan sosial.

Orang yang kesepian selalu merasa dirinya sebagai korban. Karena merasa dirinya sebagai korban, mak dia tidak berusaha mengubah dirinya sendiri. Setiap orang ingin dimengerti, tapi kita tidak akan dimengerti jika kita tidak mengerti orang lain terlebih dulu.

Kebutuhan manusia yang paling tinggi adalah dimengerti. []

Disarikan dari talkshow SmartHappiness “Lonely vs. Alone” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness

Leave a Reply

Your email address will not be published.