Love Is The Answer

Cinta itu selalu mengandung dua unsur: kesucian dan semangat. Cinta itu selalu menunjukkan semangat, benergi, namun juga bersih dan suci. Cinta tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan.

Kita hidup dengan cinta, bekerja dengan cinta, dan memimpin pun dengan cinta. Cinta bukan sekadar asmara. Dalam kosa kata Yunani, paling tidak ada empat kata yang berpadanan dengan cinta.

Yang pertama adalah eros, yaitu cinta yang berkaitan dengan asmara; yang kedua adalah philia, yakni cinta yang tumbuh di tengah pertemanan dan persahabatan; yang ketiga adalah agape, yaitu cinta tanpa syarat; dan yang keempat adalah storge, yakni cinta orang tua kepada anaknya.

Cinta ada di mana-mana, termasuk di tempat kerja. Peduli adalah wujud konkret dari cinta. Peduli lebih dari sekadar tanggung jawab. Ketika kita berbicara tentang tugas kita, maka itu adalah tanggung jawab, tentang job desc.

Ketika kita melakukan sesuatu di luar tugas kita, maka itu adalah peduli. Peduli itu beyond responsibility. Sama halnya dengan cinta yang juga beyond responsibility.

Cinta selalu merupakan solusi atas semua permasalahan seperti yang diilustrasikan dalam buku “Love Is The Answer”, buku ke-11 karya Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional-Leadership & Happiness tentang Rasya, seorang siswa SMA berikut:

Dalam pelajaran pertama Life Management di kelas, seorang guru memberikan kiat-kiat menghadapi masa remaja yang penuh dengan tantangan. Setelah menjelaskan hal itu dengan penuh semangat, ia mengakhiri pelajaran dengan sebuah pertanyaan: Jadi, bagaimana seharusnya kita menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam hidup?

Suasana kelas mendadak hening. Seorang siswa bernama Rasya mengangkat tangannya.

“Saya rasa cara terbaik untuk menghadapi kesulitan dan tantangan adalah dengan cinta,” kata Rasya dengan penuh keyakinan.

“Betul, Rasya!” ujar sang guru.

Pelajaran di minggu berikutnya adalah tentang cara menghadapi orang-orang yang sulit. Sang guru mengakhiri pelajarannya dengan bertanya, “Jadi bagaimana cara kita menghadapi orang-orang yang sulit, yang selalu mengejek dan mengganggu kita setiap hari?

Mendadak kelas menjadi hening. Semua anak menunduk. Tapi, sekali lagi Rasya mengangkat tangannya.

“Cara menghadapi orang yang mengganggu kita adalah dengan cinta, Pak….”

“Terima kasih, Rasya. Jawabanmu benar sekali.”

Topik untuk minggu ketiga adalah tentang pentingnya menuntut ilmu dan memiliki cita-cita yang tinggi dalam hidup.  Di akhir pelajaran sang guru kembali bertanya, “Jadi bagaimana cara meraih mimpi dan menggapai masa depan?”

Seperti biasa kelas menjadi sepi. Rasya kembali mengangkat tangannya.

“Cara meraih mimpi adalah dengan cinta, Pak…” kata Rasya dengan lantang.

Selesai pelajaran Rasya dipanggil oleh sang guru ke ruagannya. “Saya ingin berterima kasih kepadamu Rasya karena kamu memerhatikan pelajaran dan menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh.”

“Terima kasih untuk apresiasinya, Pak. Tapi, mohon maaf, sebenarnya seperti teman-teman yang lain, saya juga tidak benar-benar memerhatikan apa yang Bapak sampaikan.” Saya sedang memikirkan game terbaru dan skor sepak bola seperti anak-anak yang lain.

Mendengar jawaban Rasya raut wajah sang guru berubah. Kelihatan sekali bahwa ia kecewa. “Tapi kamu selalu memberikan jawaban yang bagus dan mendalam terhadap setiap pertanyaan. Kamu pasti mendengar sesuatu,” katanya lagi.

“Ayah saya juga seorang guru, Pak,” ujar Rasya. “Ia banyak memberikan nasihat kepada saya. Saya tidak bisa mengingat semua nasihatnya. Tapi, satu hal yang selalu saya ingat adalah bahwa cinta selalu merupakan jawaban yang benar.”

***

Kita hanya bisa dikatakan mencintai kalau kebahagiaan orang lain penting buat kita. Apakah kebahagiaan anak kita penting bagi kita? Apakah kebahagiaan pasangan kita penting bagi kita? Apakah kebahagiaan rekan-rekan kerja kita penting bagi kita? Apakah kebahagiaan para politisi penting bagi kita?

Jika jawabannya “Ya”, maka kita bisa dikatakan memiliki cinta. Jika kebahagaiaan siapa pun penting bagi kita, itu menunjukkan bahwa kita memiliki cinta yang besar.

Kalau kita membenci, maka yang akan sakit adalah diri kita, bukan orang lain karena yang menyimpan benci, dendam, marah adalah diri kita. Kalau kita menyadari hal ini, maka kita tidak akan mungkin menyimpan benci, dendam, dan marah dalam diri kita.

Cinta adalah sesuatu yang kita putuskan. Kita mencintai seseorang karena kita, kitalah yang memutuskan. Kalau kita mencinta seseorang karena orang lain, maka suatu ketika dia berubah, cinta kita pun akan hilang. Cinta itu tidak pernah meninggalkan. Cinta selalu terus-menerus berusaha hingga berhasil.

Cinta itu tak bersyarat dan berlaku dalam segala situasi. Ketika sesuatu bersyarat, maka itu bukan cinta, melainkan kepentingan.

Cinta adalah awal dari semua solusi. Bahkan saat marah pun, marahlah karena cinta. Orang yang marah karena cinta berfokus pada perilaku, bukan pelakunya.

Memaafkan adalah bukti cinta. Jika Anda belum bisa memaafkan, Anda belum mencintai.

Love Is The Answer, LITA, mudah-mudahan bisa menjadi gerakan di negeri ini untuk melawan kebencian. Cinta ada di dalam DNA kita. Kita lahir ke dunia karena cinta. Benci adalah sampah yang seharusnya tidak ada dalam diri kita. Sebarkanlah cinta karena cinta adalah jawaban atas segala persoalan dalam hidup kita. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Love Is The Answer” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional-Leadership & Happiness.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.