Love & Religion

Semua agama sesungguhnya mengajarkan kasih (love). Bahkan bisa dikatakan bahwa inti dari ajaran semua agama adalah kasih. Kasih adalah sesuatu yang indah, demikian pula agama. Sayangnya, akhir-akhir ini membicarakan agama yang seharusnya indah menjadi tabu dan sensitif.

Dalam agama, kasih disejajarkan dengan keimanan. Seseorang belumlah dikatakan beriman sebelum mengasihi orang lain seperti mengasihi dirinya sendiri. Tetapi mengapa sekarang kita justru banyak menyaksikan banyak kebencian yang mengatasnamakan agama.

Sesungguhnya orang yang membenci atas nama agama adalah orang-orang yang gagal paham terhadap ajaran agama itu sendiri. Agama sesungguhnya berfokus ke dalam, bukan berfokus keluar. Semua agama mengajarkan bahwa agenda terbesar dalam hidup ini adalah memperbaiki diri sendiri, bukan mengkritik orang lain.

Ketika seseorang merasa dirinya paling benar, dia akan mudah men-judge orang lain yang tidak sepaham dengan dirinya. Merasa paling benar adalah masalah ego. Padahal yang paling benar adalah Tuhan.

Ketika kita merasa paling benar, kita sudah mengubah posisi kita dari makhluk menjadi khalik. Kebenaran manusia itu relatif, kebenaran yang sesungguhnya adalah milik Tuhan.

Yang membuat kita menjadi orang baik bukanlah agama, tapi apa yang kita lakukan. Agama adalah apa yang kita yakini. Perilaku apa yang kita lakukan. Agama adalah sebuah cara untuk menghubungkan kita dengan Tuhan.

Agama bisa membantu Anda menjadi orang baik, tetapi agama tidak otomatis membuat Anda menjadi orang baik. Kualitas diri seseorang dilihat dari seberapa besar kasih yang diberikannya kepada sesama.

Orang yang beragama harus menjadi rahmat bagi semesta alam, bagi seluruh makhluk. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Love & Religion” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.