Mana yang Lebih Baik: Bicara atau Diam?

“Wise men speak because they have something to say; Fools because they have to say something” —Plato

Dalam berinteraksi, baik kita bicara ataupun diam, kita tetap mengirimkan pesan. Komunikasi tak selamanya berupa kata-kata, kadang kala diam pun bisa mengirimkan pesan yang ampuh. Diamnya orang yang marah, misalnya, jauh lebih ampuh mengirimkan pesan “kesalahan orang lain” ketimbang mengeluarkan kata-kata yang justru akan memperburuk keadaan.

“Being silent is a great way to let someone know they did something wrong,” merupakan kata-kata mutiara yang tepat untuk menggambarkan hal ini. Diamnya seseorang ketika marah, bukan hanya cara yang ampuh untuk menyempaikan pesan bahwa ada sesuatu yang salah, melainkan juga memberikan jeda kepadanya untuk menenangkan diri.

Dalam buku The 7 Laws of Happiness (2015) disebutkan bahwa hampir semua bentuk kejahatan di dunia ini terjadi karena orang sedang marah. Dalam bahasa Inggris “anger” (marah) memang sangat dekat dengan “danger” (bahaya). Lagi pula, kita tidak perlu memboroskan kata-kata kepada seseorang yang ketika didiamkan pun dia sudah mengerti.

Lantas, kapan kita harus bicara? Jawabnya, saat marah sudah reda.

Baik bicara atapun diam harus kita lakukan jika hal itu bisa meningkatkan nilai (value) kita. Kita harus bicara jika diam justru menurunkan value kita. Sebaliknya, kita harus diam jika bicara justru menurunkan value kita.

Kalau kita bicara justru membuat kerusakan, keadaan semakin memburuk, dan efek negatif lainnya, maka diam adalah lebih baik. Rumus bakunya: Bicaralah (hal) yang baik. Jika tidak ada (hal) yang baik yang bisa dibicarakan, maka diam lebih baik.

Tentu saja ada risiko bagi orang yang diam, misalnya dianggap bodoh. Tapi itu lebih baik daripada saat kita bicara justru mempertontonkan kebodohan kita di hadapan orang lain.

Tuhan memberikan kita sepasang telinga dan satu mulut. Pelajaran yang bisa kita ambil dari sana adalah, perbanyak mendengar sebelum bicara. Atau, mendengar dua kali, baru bicara satu kali. Kata L.I.S.T.E.N dalam bahasa Inggris yang berarti mendengar (menyimak), memiliki huruf-huruf yang sama dengan kata S.I.L.E.N.T yang berarti diam (hening).

Pelajarannya, untuk mendengar (listen), kita harus diam (silent). Kita tidak mungkin bisa menyimak orang lain jika kita ikut berbicara.

Namun, kita jangan terperangkap dalam zona nyaman (comfort zone) saat dihadapkan pada pilihan: bicara atau diam. Bagi orang-orang yang memiliki kepribadian introver, bicara adalah aktivitas yang menguras energi. Orang-orang introver justru merasa nyaman saat mereka diam.

Jika orang-orang introver mengikuti dorongan nalurinya untuk diam meski saat mereka menyaksikan sebuah kezhaliman, kecurangan, dan lain-lain, itu bisa dimaknai bahwa mereka merestui hal tersebut. Meski menguras energi, mereka harus mau berbicara untuk mengubah kezhaliman yang ada di hadapan mereka.

Jika kita diam saat menyaksikan kezhaliman di hadapan kita, maka kita tergolong ke dalam kelompok manusia yang lemah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.