Mengapa Mengasihi Itu Sulit?

Situasi akhir-akhir ini yang tak menentu dapat mengurangi kebahagiaan kita. Padahal, tak semestinya kebahagiaan kita dikendalikan oleh situasi di luar diri kita. Menghadapi situasi di luar yang sangat menekan, semestinya hati kita semakin kuat. Cara untuk menguatkan hati kita adalah dengan mengasihi.

Sayangnya, banyak di antara kita yang masih sulit untuk mengasihi orang lain. Ada empat alasan yang membuat kita sulit untuk mengasihi orang lain:

  1. Kita terlalu sibuk dengan diri sendiri. Saat kita sibuk dengan diri kita sendiri, kita akan melupakan orang lain yang ada di sekitar kita. Ibarat orang yang sedang bercermin, ia hanya memperhatikan dirinya sendiri. Di dalam cermin, yang ada hanya dirinya.
  2. Kita sedang berada dalam kemarahan dan kebencian. Sebaik apa pun seseorang, saat dia marah, dia akan melupakan orang lain. Orang yang sedang marah hanya memandang masalah dari sudut pandangnya, dan menganggap bahwa hanya dirinyalah yang benar. Marah adalah sesuatu yang bersifat temporer, situasional. Sementara benci bersifat permanen adalah kemarahan yang kronis.
  3. Ketidakmampuan melakukan trading places. Trading places adalah menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Banyak orang yang tidak mampu melakukan trading places karena mereka memiliki emotional quotient atau bahkan love quotient yang rendah.
  4. Ketidaktahuan alasan keberadaan kita di dunia. Orang yang tidak tahu alasan keberadaannya di dunia tidak akan bisa memberikan manfaat pada dirinya sendiri terlebihh lagi kepada orang lain.

Untuk dapat mengasihi kita perlu melebarkan cermin atau bahkan membalikkan cermin agar menghadap ke orang lain. Dengan demikian, yang tampak dalam pandangan kita bukan hanya diri kita sendiri.

Saat kita marah dan benci, kita tidak akan bisa mengasihi orang lain. Ada dua hal dalam kemarahan, yakni konten atau materinya; dan emosinya. Sering kali konten yang benar kalah dengan emosi yang salah.

Oleh karena itu kita harus bisa memisahkan antara konten kemarahan kita dengan emosinya.

Selanjutnya kita harus mampu melihat dari sudut pandang orang lain; dan tidak memaksakan agenda diri kita kepada orang lain. Melihat dari sudut pandang orang lain inilah yang disebut trading places.

Kita tidak harus selalu setuju dengan pandangan orang lain, tetapi kita harus memahami sudut pandang orang lain. Memahami tak selamanya berarti menyetujui. Bukti dari mengasihi adalah memberi, bukan semata memberi materi, tapi memberi perhatian, memberi waktu kepada orang lain.

Kalau kita sadar bahwa alasan keberadaan diri kita adalah untuk memberikan manfaat kepada orang lain, maka kita akan bisa mengasihi orang lain. Revolusi mental yang luar biasa dahsyat adalah mengubah dari mementingkan diri sendiri menjadi mengasihi orang lain.

Orang yang bermanfaat bagi orang lain adalah orang yang berharga. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan kepada orang lain, semakin tinggi harga kita.

Menjadi orang yang bermanfaat buat orang lain, bukan hanya konsep spiritual, melainkan juga konsep bisnis yang luar biasa.

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Mengapa Mengasihi Itu Sulit?” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happinesss

One comment

  1. Hai, apakah saya boleh tau siapa penulis artikel ini dan dasar teori apa yang digunakan dalam penulisan ini, saya bermaksud ingin belajar lebih banyak. terimakasih

Leave a Reply

Your email address will not be published.