Mengapa Orang Berjanji?

Setiap orang pasti pernah berjanji kepada orang lain. Terlepas dari apa pun yang dia janjikan, pasti ada kepentingan di balik janji tersebut. Dengan kata lain, orang hanya berjanji kepada orang lain jika dia memiliki kepentingan.

Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki kepentingan apa pun terhadap orang lain, dia tidak akan berjanji. Uniknya, kepentingan orang yang berjanji selalu lebih besar daripada apa yang dia janjikan.

Janji adalah alat tukar. Dengan janji seseorang membeli sesuatu dari orang yang dijanjikannya. Bahkan, janji merupakan alat tukar yang lebih berharga daripada uang. Banyak orang yang tidak bisa dibeli dengan uang, tapi bisa dibeli dengan janji.

Seorang laki-laki, misalnya, “membeli” seorang perempuan yang terhormat dengan janjinya, bukan dengan uangnya. Seorang pengusaha membeli rahasia perusahan orang lain dengan janjinya ingin membantu perusahaan tersebut.

Pun seorang politisi membeli suara rakyat dengan janji-janjinya di dalam kampanye. Semua itu—laki-laki yang ingin menikahi perempuan, pengusaha yang ingin membantu perusahaan lain, politisi yang ingin mendapatkan suara, dan sebagainya—telah membeli sesuatu dengan janjinya.

Janji ada di mana-mana. Janji ada dalam perkawinan. Janji ada dalam transaksi bisnis. Janji ada dalam politik. Ketika kita berjanji dengan orang lain, kita sedang melakukan proses tukar-menukar. Orang yang mau dijanjikan sesuatu sesungguhnya telah menyerahkan dirinya.

Setiap janji selalu melibatkan tiga pihak: orang yang berjanji, orang yang dijanjikan, dan Tuhan. Itulah mengapa setiap janji itu suci. Kalau kita melibatkan Tuhan, kita tidak akan mudah melupakan janji karena Tuhan tidak pernah lupa.

Seseorang yang memiliki kepentingan akan melakukan apa pun agar orang yang dijanjikan percaya kepada janjinya. Tapi ada 4 faktor yang menentukan apa janji seseorang dapat dipercaya atau tidak. Ke-4 faktor tersebut adalah:

  1. Kita akan percaya kepada janji seseorang yang memiliki karakter yang baik, yakni mereka yang selalu menepati janji-janji sebelumnya. Inilah yang disebut rekam jejak atau track record.
  2. Semakin mirip janji seseorang dengan apa yang dilakukan sebelumnya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kita kepada orang tersebut.
  3. Semakin baru sesuatu yang dijanjikan dengan apa yang dilakukan oleh orang yang berjanji, semakin tinggi pula tingkat kepercayaan kita kepada janji orang tersebut.
  4. Sebuah janji yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat direalisasikan akan semakin meningkatkan kepercayaan orang-orang yang dijanjikan.

Janji adalah sebuah peristiwa spiritual karena janji melibatkan Tuhan di dalamnya. Ketika seseorang berjanji, dia telah membeli sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang dalam diri orang yang dijanjikan.

Setiap janji akan dimintai pertanggungjawabannya, bukan hanya oleh orang yang dijanjikan, melainkan juga oleh Tuhan. Tuhan adalah sebaik-baiknya pemberi janji. Tuhan tidak pernah mengingkari janji-janji-Nya. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Mengapa Orang Berjanji?” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.