Optimis vs. Pesimis

 

Perhelatan olah raga terbesar sebenua Asia, Asian Games 2018, memang telah usai. Namun, getaran semangatnya masih bisa kita rasa hingga hari ini. Asian Games 2018 telah memberikan bangsa kita dua hal: tangible dan intangible.

Hal-hal tangible yang kita dapatkan dari Asian Games 2018 seperti perolehan medali, pemasukan untuk negara, dan masih banyak lagi. Namun, ada yang lebih penting dari itu semua. Asian Games 2018 telah membawa kebahagiaan bagi rakyat Indonesia.

Tanpa memandang latar belakang sosial, suku bangsa, pilihan politik, dan bahkan agama, seluruh rakyat Indonesia mencurahkan hatinya untuk mendukung tim Merah Putih. Yang terpenting dari itu semua, Asian Games 2018 telah mengajarkan kepada kita semua tentang apa itu optimisme.

Segala sesuatu di dunia ini diciptakan dua kali: secara mental dan secara fisik. Secara mental, sesuatu itu diciptakan dalam pikiran kita. Dan setiap hari di dalam pikiran kita terjadi pertarungan antara optimisme dan pesimisme. Kemenangan maupun kekalahan selalu terjadi dua kali: di dalam pikiran dan di dunia nyata.

Optimis adalah orang yang selalu berpikir bisa. Orang yang optimis adalah orang yang menang sebelum bertanding. Kemungkinan orang optimis untuk menang di dunia nyata sangat besar. Sebaliknya, pesimis adalah orang yang sudah kalah sejak dalam pikiran. Orang yang pesimis mustahil bisa meraih kemenangan dalam dunia nyata.

Jika dirumuskan, Optimism = Confidence x Hope. Optimism adalah kepercayaan diri dikalikan harapan.

Confidence adalah yakin pada kemampuan diri kita. Confidence dicapai dengan cara berlatih, mempersiapkan diri untuk menghadapi pertarungan di dunia nyata. Tanpa latihan dan persiapan, mustahil confidence akan terbentuk. Usaha yang maksimal akan meningkatkan confidence seseorang.

Hope adalah percaya pada Tuhan, bahwa akan ada keajaiban. Jadi, optimisme adalah kepercayaan pada kemampuan diri dikalikan kepercayaan pada kekuatan Tuhan. Dengan demikian, orang yang optimis bisa dipastikan adalah orang yang beriman. Sebaliknya, orang yang tidak beriman, pasti akan menjadi orang yang pesimis.

Sebesar apa pun confidence, tanpa diiringi hope, maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Pun sebaliknya, orang yang tidak memiliki confidence, dan hanya bergantung pada hope, maka tidak akan memperoleh apa-apa.

Optimisme adalah apa yang Anda katakan pada diri sendiri. Optimisme dibutuhkan ketika kondisi sulit. Semakin besar godaan yang ada di luar, maka semakin optimisme dibutuhkan. Semakin mudah situasi yang kita hadapi, maka semakin optimisme tidak dibutuhkan. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Optimis vs. Pesimis” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.