Pancasila & Kebahagiaan

Setiap tanggal 1 Juni kita memperingati hari lahirnya Pancasila. Setiap negara pasti memiliki dasar atau konstitusi, tapi Pancasila lebih dari sekadar dasar negara. Pancasila adalah values bangsa kita yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Karena Pancasila-lah kita masih bisa bertahan dan eksis hingga hari ini sebagai sebuah bangsa. Pancasila adalah perekat elemen-elemen bangsa yang berbeda, dan menjadikannya sebagai satu tubuh yang utuh, yakni bangsa Indonesia.

Pancasila adalah warisan yang tak ternilai dari para pendiri bangsa kita. Meski dalam perjalanan sejarah, Pancasila pernah digunakan oleh rezim yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaannya dengan menciptakan tafsir tunggal Pancasila.

Saat kita masuk ke era reformasi, Pancasila pun seolah terabaikan karena dianggap dari bagian kekuasaan masa lalu. Belum lagi pada tahun 1978, Pancasila memiliki 36 butir. Namun pada tahun 2003 jumlah  tersebut bertambah menjadi 45 dan menjadi  semakin sulit untuk dihapal oleh generasi sekarang.

Tugas kita saat ini adalah memaknai Pancasila secara kekinian, agar kita dapat living the values. Kita harus menjadikan Pancasila sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keseharian kita, yang ujungnya adalah kebahagiaan.

Jika perusahaan memiliki values, maka values bangsa Indonesia adalah Pancasila. Agar kita bisa mengamalkan Pancasila sebagai values dalam kehidupan kita sehari-hari, kita bisa menyederhanakannya seperti values yang ada di perusahaan.

Apabila disederhanakan menjadi satu kata untuk setiap sila, maka kita akan mendapatkan kata-kata kunci seperti: ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan.

Ketuhanan adalah hubungan vertikal antara kita dengan Tuhan atau hablum minallah. Berbicara tentang ketuhanan, berarti sedianya kita hidup berbangsa dan bernegara mengikuti kehendak Tuhan, bukan kehendak diri kita sendiri. Ini adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan.

Setelah hubungan vertikal, selanjutnya adalah kemanusiaan, sebuah hubungan horizontal antar-sesama manusia atau hablum minannas, yakni bagaimana kita memanusiakan manusia, dan menjadi manusia yang seutuhnya atau insan kamil.

Persatuan adalah sebuah mindset, satu framework untuk melihat perbedaan. Bersatu sesungguhnya merupakan bukti dari cinta. Ketika melihat perbedaan, kita harus melihat kekayaan, melihat tugas yang berbeda-beda untuk kita sumbangkan kepada Ibu Pertiwi.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Wilayahnya terbentang dari Sabang hingga Merauke dan memiliki kekayaan alam, adat-istiadat yang sangat beraneka rupa. Semua perbedaan itu dipersatukan dalam sebuah wadah, Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena perbedaan itulah kita bisa menjadi entitas yang utuh dan unik, seperti perbedaan yang ada dalam organ tubuh kita yang membentuk diri kita yang utuh.

Secara alamiah, orang yang berbeda pasti memiliki pendapat yang berbeda. Untuk mengolah perbedaan itu agar tidak menjadi konflik yang berkepanjangan dibutuhkan musyawarah. Musyawarah adalah alat yang kita gunakan untuk bersinergi. Musyawarah adalah sebuah alat untuk conflict resolution.

Keadilan sosial berbicara tentang win-win. Ketika win-win terganggu, maka hilanglah keseimbangan, dan yang akan terjadi selanjutnya adalah perpecahan. Agar tidak terjadi perpecahan, kita harus selalu menjaga nilai keadilan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sangat relevan karena mengandung nilai-nilai universal yang tak lekang oleh zaman. Tugas kita saat ini adalah membuat Pancasila menjadi lebih kekinian agar dapat lebih mudah diinternalisasi oleh generasi millenial. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Pancasila & Kebahagiaan” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional-Leadership & Happiness.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.