Positive Emotion Series: Serenity

Emosi positif ke-3 dalam 10 emosi positif yang diteliti oleh Prof. Barbara Fredrickson adalah serenity (ketenangan). Serenity atau ketenangan adalah ketika kita bisa berada di sini saat ini atau be here now.

Untuk meraih ketenangan, lakukanlah meditasi, berfokus pada napas kita. Sadari dan nikmati setiap tarikan dan embusan napas kita. Seketika itu juga kita akan merasakan ketenangan.

Hal yang paling mengganggu ketenangan adalah kecemasan atau kekhawatiran. Kita khawatir karena kita memirkan hari esok. Padahal, esok adalah fatamorgana. Bahkan, besok itu sesungguhnya tidak pernah ada. Ketika kita sampai pada hari esok, maka hari esok itu telah menjadi hari ini.

Hari ini adalah satu-satunya yang kita miliki. Maka, berfokuslah pada hari ini. Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan hari ini. Mungkin kita bisa belajar dari hewan yang tetap tenang karena mereka tidak pernah memikirkan hari esok, bahkan beberapa menit dari sekarang pun tidak.

Ada beberapa kekeliruan yang menyebabkan kita tidak memperoleh ketenangan:

  1. Mindset bahwa ketenangan hanya bisa diperoleh di tempat-tempat yang tenang seperti di puncak gunung atau di bibir pantai. Padahal, ketenangan itu ada di dalam diri kita, bukan di luar diri kita seperti tempat-tempat tersebut. Ada banyak orang yang tetap bisa tenang meski tengah berada dalam situasi yang hiruk-pikuk. Pun sebaliknya, banyak orang yang merasa bising meski tengah berada dalam situasi yang tenang.
  2. Target yang ‘mengharuskan’ kita untuk melakukan ini dan itu demi mencapainya. Padahal, tidak boleh ada kata ‘harus’ dalam ketenangan. Tentu saja kita tetap boleh memiliki target, tetapi fokus kita bukanlah pada target tersebut, melainkan hal-hal apa yang bisa kita lakukan (can do) hari ini untuk mencapai target tersebut. Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan hari ini, dan berhentilah khawatir. Serahkan kepada Tuhan apa yang tidak bisa kita lakukan (can’t do), dan berhentilah khawatir. Tuhan tidak pernah menilai target yang kita canangkan, tetapi Tuhan menilai hal terbaik apa yang kita lakukan hari ini untuk mencapai target tersebut.
  3. Kemarahan yang menguasai diri kita. Di sinilah kita perlu kepiawaian dalam mengelola amarah agar tidak menguasai diri kita. Sebaliknya, justru kita memanfaatkan potensi amarah sebagai pelecut diri kita agar menjadi lebih produktif dan bahagia. Ada kesalahpahaman jamak yang menganggap orang yang sering menahan amarah adalah orang yang baik dan tidak butuh keahlian dalam mengelola amarah. Padahal, setiap kita pasti berurusan dengan rasa marah. Ada dua tipe orang ketika marah, yakni meledakkannya di luar (eksplosif), dan meledakkannya di dalam (implosif). Kedua tipe orang ini sama-sama membutuhkan keahlian dalam mengelola amarah agar tidak menjadi sesuatu yang kontraproduktif.

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Positive Emotion Series: Serenity” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional-Leadership & Happiness

Leave a Reply

Your email address will not be published.