Pura-Pura

“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.”Mahatma Gandhi

Pura-pura merupakan bagian dari keseharian kita. Setiap orang pasti pernah berpura-pura. Sayangnya, apa pun yang menjadi alasan kita untuk berpura-pura, pura-pura tidak akan mengantarkan kita pada kebahagiaan. Seperti yang diungkapkan Mahatma Gandhi, kebahagiaan adalah ketika pikiran, perkataan, dan perbuatan kita berada dalam keselarasan.

Tapi ada kalanya kita terpaksa berpura-pura untuk “kepentingan” tertentu. Saat kepentingan tersebut adalah kepentingan pribadi kita, nyatalah bahwa kepura-puraan tersebut adalah hal yang buruk. Tapi, jika kepentingan tersebut merupakan kepentingan bersama, kepura-puraan masih dapat ditoleransi. Kendati demikian, kepura-puraan tetap akan membuat kita merasa tidak nyaman.

Saat kita berpura-pura untuk kepentingan bersama, sebenarnya kita memiliki pekerjaan rumah untuk memperbaiki diri kita sehingga ke depannya kita tidak perlu lagi berpura-pura.

Front Stage dan Back Stage

Sosiolog Kanada Erving Goffman (1922-1982) memperkenalkan pendekatan dramaturgi dalam memotret kehidupan sosial. Goffman membagi dua pentas yang dimiliki oleh setiap lakon, yakni front stage (pentas depan) dan back stage (pentas belakang).

Front stage adalah linkungan publik tempat kita melakukan interaksi sosial. Sementara back stage adalah lingkungan privat yang tidak bisa diakses oleh publik. Banyak orang yang terjebak mempercantik front stage, sembari membiarkan back stage-nya berantakan. Orang seperti inilah yang hidupnya penuh dengan kepura-puraan.

Kebahagiaan hanya bisa diraih apabila front stage dan back stage sama baiknya. Inilah kondisi yang digambarkan Gandhi sebagai “what you think, what you say, and what you do are in harmony.”

Saat front stage kita bagus, namun back stage kita berantakan, tugas kita adalah memperbaiki back stage. Saat front stage dan back stage kita sama buruknya, tugas kita pun tetap memperbaiki back stage, bukan front stage. Ketika back stage kita bagus, maka secara otomatis front stage kita juga akan menjadi bagus.

Sejak Kapan Kita Berpura-Pura?

Kalau kita perhatikan, tidak ada anak kecil yang berpura-pura. Mereka selalu mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Front stage dan back stage mereka selalu sama.

Ketika seorang anak kecil mulai bersosialisasi, orang dewasalah yang mengajarkan mereka untuk berpura-pura. Saat seorang anak kecil terlibat gesekan dengan teman sebanyanya, dia akan mengekspresikan pikiran dan perasaannya apa adanya, misalnya dengan marah atau memukul teman sebayanya.

Jika hal itu terjadi, biasanya orang dewasa mengajarkan kepada anak kecil untuk memperbaiki front stage-nya, misalnya dengan mengatakan bahwa dia tidak boleh berperilaku kasar kepada temannya. Saat itulah seorang anak mulai mengenal aksi berpura-pura.

Padahal, orang dewasa seharusnya membimbing sang anak untuk memperbaiki back stage-nya, misalnya dengan mengatakan bahwa dia harus mau berbagi mainan dengan temannya.

One comment

  1. kebahagiaan adalah ketika pikiran, perkataan, dan perbuatan kita berada dalam keselarasan.
    The Happiness is “what you think, what you say, and what you do are in harmony.”
    Wanna be Happy, So Happy Now !!

Leave a Reply

Your email address will not be published.