“Semua yang ada di sekililing kita adalah tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir.” —Arvan Pradiansyah
Semua kejadian di dunia ini tidaklah terjadi secara tiba-tiba. Berkat rahmat dan kasih sayang Sang Pencipta kepada kita, sebelum setiap kejadian berlangsung, Dia mengirimkan sejumlah tanda-tanda kepada kita dengan harapan agar kita membaca tanda-tanda tersebut dan mengambil sejumlah tindakan antisipasi.
Bencana tsunami, misalnya, tidaklah terjadi secara tiba-tiba, tapi didahului oleh tanda-tanda menyusutnya air laut secara cepat. Demikian pula peristiwa politik, hubungan antarmanusia, tubuh kita selalu mengirimkan tanda-tanda sebelum sebuah kejadian besar berlangsung.
Sayangnya kebanyakan kita abai terhadap tanda-tanda itu. Kita tidak peka membaca tanda-tanda tersebut, dan terhenyak ketika sebuah kejadian besar menghantam kita.
Keteledoran kita membaca tanda-tanda tersebut disebabkan oleh dua hal:
- Kita tidak memiliki ilmu.
- Fokus kita dalam menangkap tanda-tanda (sinyal) dikacaukan oleh gangguan-gangguan (noise) yang ada.
Ketiadaan ilmu menyebabkan kita tidak tahu akan tanda-tanda yang mengawali sebuah kejadian besar. Untuk mengatasinya kita harus banyak belajar dan bertanya kepada orang-orang yang tepat, yakni mereka yang menguasai ilmunya.
Sementara untuk tetap menangkap tanda-tanda yang jernih, kita harus bisa membedakan mana sinyal dan mana noise. Sayangnya noise acap kali tampil menarik dan membuat kita ketagihan. Di era internet sekarang, noise bisa berubah hal-hal remeh yang memalingkan perhatian kita seperti menanggapi informasi-informasi yang tidak jelas sumber dan ilmunya di media sosial.
Perhatikanlah berita-berita politik yang berseliweran di media sosial sekarang ini. Alih-alih mencerahkan kita, berita-berita noise tersebut justru memalingkan kita dari hal yang penting dan menumbuhkan pesimisme. Tapi kita kerap dibuai dan terlena mengikuti berita-berita tersebut.
Agar tidak terhanyut oleh noise, kita harus meminimalkan terpaan noise terhadap diri kita. Abaikan informasi-informasi yang tidak jelas sumber dan ilmunya.
Selain itu, kita harus membersihkan hati kita dari segala macam hal-hal buruk yang justru mengundang noise-noise untuk datang. Saat hati kita dipenuhi dengan prasangka, iri, dengki, hasut, sombong, dan sebagainya, maka sinyal-sinyal kebaikan tidak dapat kita tangkap. Sebagai gantinya kita justru menangkap noise-noise yang frekuensinya sama dengan kondisi hati dan pikiran kita. []