2016: Happiness or Regret?

“Your regret demonstrates that you care.” —Mark Banschick

Sebagai manusia yang bertanggung jawab atas hidup ini, kita seharusnya melakukan refleksi. Refleksi bahkan seharusnya dilakukan setiap hari, me-review apa yang sudah kita lakukan seharian. Di penghujung tahun ini, refleksi bisa kita lakukan untuk me-review apa saja yang sudah kita lakukan setahun ini.

Apakah dalam sehatun ini kita merasakan bahagia (happiness) atau penyesalan (regret)? Apakah perjalanan hidup kita setahun terakhir sudah sesuai atau paling tidak mendekati tujuan penciptaan kita, atau justru sebaliknya? Semakin dekat kita dengan tujuan penciptaan kita, maka semakin tinggi kadar kebahagiaan kita, begitu pula sebaliknya.

Ada 5 hal yang bisa membuat kita menyesal:

  1. Ketika kita berbicara sesuatu tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Ucapan yang terlontar dari lisan kita, tidak dapat ditarik kembali. Dia melesat bak anak panah yang melesat dari busurnya menuju sasaran. Kita sering kali berbicara tanpa memikirkan dampak dari pembicaraan kita sehingga pada akhirnya menimbulkan penyesalan.
  2. Ketika kita tidak berani melakukan sesuatu. Orang yang berani bukanlah orang yang tidak takut. Orang yang berani adalah orang yang takut, tapi tetap melakukan sesuatu. Sedangkan orang yang tidak berani adalah orang yang takut dan tidak berbuat apa-apa. Ketakutan kita terhadap sesuatu yang mengakibatkan kita tidak melakukan apa-apa sering kali berbuah penyesalan.
  3. Ketika kita tidak maksimal melakukan sesuatu. Penyesalan lahir dari ketidakmaksimalan kita dalam melakukan sesuatu, bukan karena kita tidak mampu melakukannya. Melakukan sesuatu meski salah, itu masih lebih baik daripada tidak melakukan sesuatu. Ketika kita melakukan sesuatu, dan sesuatu itu salah, kita bisa mendapatkan pembelajaran dari sana.
  4. Ketika kita merugikan atau menyakiti orang lain. Orang yang merugikan atau menyakiti orang lain pasti akan dilingkupi penyesalan. Dirugikan lebih baik daripada merugikan. Kalau kita dirugikan, itu hanya membuahkan kesedihan. Tapi jika kita merugikan, kita akan dihantui penyesalan.
  5. Ketika kita lalai. Ketika kita tidak melakukan sesuatu tanpa menghadirkan badan dan pikiran secara bersama-sama, maka kita akan lalai dengan tugas yang sedang kita lakukan. Kelalaian tersebut pasti membuahkan penyesalan.

Ada 5 jenis penyesalan:

  1. Harus menyesal. Ketika kita melakukan kesalahan, maka kita harus menyesal. Menyesal adalah syarat utama dan inti dari tobat. Tidak ada tobat tanpa penyesalan.
  2. Perlu menyesal. Saat ada kesempatan, tapi kita tidak siap, maka kita perlu menyesal. Kita bisa menarik pembelajaran dari sana bahwa kita harus senantiasa menyiapkan diri kita agar kesempatan yang datang tidak berlalu begitu saja.
  3. Tidak perlu menyesal. Ketika kita melakukan kebaikan, tapi disalahartikan atau dinilai keliru oleh orang lain, maka kita tidak perlu menyesal telah melakukannya.
  4. Tidak boleh menyesal. Kita tidak boleh menyesali takdir Tuhan atas diri kita. Kapan dan di mana kita dilahirkan, bagaimana warna kulit dan rambut kita, semua adalah takdir Tuhan yang harus kita terima dan syukuri.
  5. Pasti menyesal. Saat ada kesempatan baik, dan kita melewatkannya begitu saja, kita pasti menyesal.

Penyesalan bukanlah hal yang buruk sebab hanya dengan penyesalanlah kita dapat menarik pembelajaran. Hal yang buruk adalah apabila kita berhenti di penyesalan dan tidak melaukan tindakan apa-apa untuk memperbaiki diri kita.

Pastikan penyesalan kita semakin lama, semakin sedikit. Dan pada akhirnya, di ujung hayat kita, kita bisa mengatakan, “No regret.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.