7 Mitos “Happiness at Work” Part 2

“Kita baru bisa bahagia di tempat kerja kalau kita bekerja sesuai dengan peruntukkan kita.” —Arvan Pradiansyah

Pada kesempatan yang lalu, kita sudah membahas 4 dari 7 mitos “Happiness at Work”, yakni:

  1. Happiness at Work akan tercapai apabila kita mendapatkan gaji atau penghasilan yang besar. Padahal, gaji yang besar baru memainkan peran apabilakita bekerja sesuai dengan calling kita; sesuai dengan peruntukkan kita, untuk apa kita diciptakan Tuhan.
  2. Happiness at Work akan tercapai apabila kita memiliki atasan yang tidak banyak menuntut. Pandangan ini juga salah sebab atasan yang banyak menuntut justru yang akan menumbuhkan dan mengembangkan kita menjadi pribadi yang sebaik-baiknya, sebesar-besarnya.
  3. Happiness at Work akan tercapai apabila kita memiliki teman-teman yang cocok. Padahal, teman-teman yang cocok belum tentu baik, dan cenderung menjerumuskan kita ke dalam hal-hal yang tidak baik. Kita justru membutuhkan teman yang bisa mengatakan “Tidak” kepada kita.
  4. Happiness at Work akan tercapai apabila kita tidak menghadapi banyak masalah di perusahaan. Padahal, tanda bahwa perusahaan tengah berkembang adalah banyaknya masalah yang dihadapi. Ketiadaan masalah di perusahaan merupakan pertanda bahwa perusahaan tengah menyusut (shrinking).

 

Kali ini kita akan membahas 3 mitos selanjutnya dari ke-7 mitos “Happiness at Work”, yakni:

  1. Happiness at Work akan tercapai apabila kita tidak menghadapi perubahan di kantor. Padangan ini jelas-jelas keliru karena perubahan adalah hukum alam. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kita akan selalu menghadapi perubahan. Dan kita hanya bisa bahagia jika menerima hukum alam tersebut dan larut dalam perubahan.

Upaya yang kita lakukan untuk melawan perubahan justru akan menurunkan happiness level kita yang berdampak pada turunnya kinerja sekaligus kredibilitas kita. Langkah yang harus kita ambil dalam menghadapi perubahan adalah menerimanya (acceptance), kemudian mengerahkan segenap potensi yang ada dalam diri kita untuk mengatasi setiap perubahan.

Ada 2 kekuatan yang harus kita sinergikan dalam menghadapi perubahan: 1. Kekuatan kita, 2. Kekuatan Tuhan. Jika kita hanya menyadarkan diri pada kekuatan kita, kita mungkin bisa sukses, tapi tidak akan bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan, kit aharus menyandarkan diri kita pada kekuatan Tuhan karena Tuhan tidak pernah berubah.

 

  1. Happiness at Work akan tercapai apabila kita memiliki pelanggan yang tidak banyak maunya. Pandangan seperti ini juga keliru. Pelanggan yang banyak maunya justru pelanggan sejati kita. Dan biasanya mereka akan memberikan bayaran yang besar kepada kita.

Ada 2 tipe pelanggan: walker dan talker. Pelangga tipe pertama, walker, akan pergi meninggalkan kita tanpa banyak berkata-kata jika tidak puas dengan layanan yang kita berikan. Pelanggan tipe kedua, talker, akan banyak memberikan feedback kepada kita untuk meningkatkan kualitas layanan kita. Pelanggan tipe kedua inilah yang merupakan pelanggan sejati kita.

  1. Happiness at Work akan tercapai apabila segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Hal ini jelas tidak akan mungkin terjadi meskipun kita bekerja di perusahaan milik sendiri. Ada banyak hal di dalam perusahaan yang berada di luar kontrol kita. Oleh karena itu, kita harus bisa menerima bahwa ada banyak hal yang berada di luar kita. Penerimaan tersebut akan melahirkan rasa syukur; rasa syukur akan melahirkan kebahagiaan.

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.