Do You Love Your Job?

Apa yang Anda rasakan di setiap penghujung akhir pekan? Hati yang gundah karena akan segera bersua dengan hari Senin? Bila demikian, awas! Anda mungkin terkena sindrom Monday Blues!

Monday Blues telah memakan korban jutaan profesional setiap tahunnya. Mereka mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah mereka perjuangkan dari bawah. Sebagian lainnya jatuh sakit karena stress yang berkepanjangan akibat beban pekerjaan yang menghimpit.

Apa yang sebenarnya terjadi? Pekerjaan yang melampaui kapabilitaskah? Atasan dan lingkungan pekerjaan yang tidak mendukung? Atau mungkin gaji yang tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan?

Tidak, alasan-alasan di atas hanyalah background kecil dari masalah utama para penderita Monday Blues, yakni “They don’t love their job!”

Memiliki pekerjaan adalah hal yang penting. Bisa Anda bayangkan, betapa tersiksanya ketika Anda tidak memiliki pekerjaan. Tapi, mencintai pekerjaan adalah hal yang jauh lebih penting. Betapa sakitnya batin Anda jikatidak mencintai pekerjaan Anda sekarang.

Dari Senin ke Jumat, setiap pukul delapan pagi hingga lima petang, Anda harus memisahkan badan dan pikiran Anda. Badan Anda terkungkung dalam bilik kantor yang terasa sempit, sementara pikiran Anda melanglang buana entah ke mana.

Alih-alih prestasi, perasaan tersiksa itu justru memacu otak untuk memancarkan cortisol yang menggerogoti tubuh Anda. Jangan biarkan diri Anda berlarut-larut dalam situasi seperti ini. Segera temukan jati diri Anda, dan cintailah pekerjaan Anda!

Like Your Job Is Ain’t Enough

Ada lima tingkatan relasi antara diri Anda dengan pekerjaan Anda:

1. I hate my job!

Ini adalah tingkatan terendah yang paling buruk. Setiap hari hanya keluhan, kutukan, dan penyesalan yang keluar dari diri Anda.

2. I don’t like my job!

Setingat di atas I hate my job!Diri Anda belum bisa menerima pekerjaan yang Anda lakukan. Anda akan terus-menerus mencari alasan untuk tidak melakukan pekerjaan Anda.

3. I accept my job!

Pada tingkatan ini sudah ada penerimaan normatif terhadap pekerjaan Anda. Pikiran “lebih baik daripada tidak ada pekerjaan” mendominasi diri Anda.

4. I like my job!

Di sini Anda sudah menemukan passion dalam pekerjaan Anda. Anda menyukai fitur-fitur dalam pekerjaan Anda. Tapi passion saja tidak cukup! Bukan tidak mungkin Anda akan mencapai titik jenuh dan bosan dengan fitur-fitur yang semula Anda sukai.

5. I love my job!

Inilah tingkatan tertinggi dalam relasi antara diri dan pekerjaan Anda. Di sini Anda tidak hanya memiliki gairah dalam bekerja, tetapi juga kesadaran bahwa di sanalah maksud eksistensi diri Anda.

Temukan Calling dan Cintai Pekerjaan Anda!

Kebanyakan orang menempuh rute yang keliru dalam memilih pekerjaan. Mereka memulainya dari mencari pekerjaan (job), lalu menata karir (career), kemudian baru menemukan panggilan jiwanya (calling). Akibatnya, banyak waktu yang tersita hanya untuk menjajal aneka jenis pekerjaan yang belum tentu sesuai dengan calling mereka.

Seandainya mereka mau berinvestasi untuk mengenali calling di awal, mereka akan banyak menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Setelah Anda menemukan calling¸ langkah selanjutnya adalah merancang career yang sesuai dengan calling Anda, dan mencari job yang tepat.

Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan calling Anda? Untuk itu, Anda tidak cukup hanya dengan bertanya pada diri sendiri tentang passion Anda, melainkan bertanya pada Sang Pencipta tentang maksud penciptaan diri Anda.

Tuhan menciptakan Anda tentu dengan tujuan tertentu, dan tanda-tandanya terbaca dari potensi, passion, dan talent yang Anda miliki. Jadi, sudah siapkah Anda menemukan calling diri Anda sekarang?

Leave a Reply

Your email address will not be published.