“A smile is happiness you’ll find right under your nose.” —Tom Wilson
Kebahagiaan adalah hal yang abstrak, dan senyuman mewujudkan kebahagiaan itu. Senyum adalah wujud bahagia yang paling terlihat. Senyuman dari orang yang berbahagia akan membuat orang lain ikut bahagia. Senyuman adalah hal yang paling dinantikan ketika dua orang bertemu.
Senyuman yang asli terjadi spontan, tanpa rekayasa. Dan itu terjadi ketika kita ingin berbagi (giving) dengan orang lain. Sebaliknya, senyuman yang tidak asli membutuhkan usaha yang lebih. Dan itu terjadi ketika sesorang ingin mendapatkan sesuatu (getting) dari orang lain. Senyum yang otentik itu giving, bukan getting.
Senyum juga menjadi social tool karena kita hanya bisa terhubung dengan orang lain dengan tersenyum. Wajah kita memiliki 44 otot yang bisa menciptakan 5000 ekspresi. Setiap orang bisa mempunyai banyak ekspresi senyuman.
Senyuman yang asli menggerakkan 2 otot di wajah: otot di sekitar mulut, dan otot di sekitar mata. Otot di sekitar mulut bisa kita atur, tapi otot di sekitar mata tidak bisa kita atur.
Mengapa orang susah tersenyum? Karena orang tidak bahagia. Senyum tidak perlu diatur karena senyum bukan sebuah keterampilan. Ketika senyum dijadikan sebuah keterampilan, maka yang lahir adalah senyum yang tidak asli. Orang yang tersenyum dengan senyuman yang asli sesungguhnya sedang meneruskan cahaya Ilahi.
Senyum yang asli, yang disebut qualifier smile, akan membuat orang yang melihatnya membalas dengan senyuman. Bayi tersenyum dengan lepas, tanpa kepentingan apa pun. Ketika kita beranjak dewasa, maka semakin banyak kepentingan kita yang membuat senyum kita tak lagi asli.
“To me nothing in the world is as precious as a genuine smile, especially from a child.” —Rumi
Dan senyuman yang paling indah itu nanti, ketika kita meninggalkan dunia ini. Pastikan kita tersenyum di hari itu. []
Disarikan dari talkshow Smart Happiness “I Love Your Smile” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional di bidang Leadership & Happiness.
