Anger Management

Banyak orang yang memiliki persepsi yang keliru tentang marah. Mereka menganggap bahwa marah adalah hal yang buruk, dan cenderung untuk menghindarinya. Padahal, marah sesungguhnya rahmat dari Tuhan sebagai mekanisme untuk melindungi diri kita.

Setiap orang memiliki batasan (boundary) yang melingkupi dirinya. Batasan-batasan tersebut antara lain harga diri, kebutuhan, keinginan, cita-cita, rasa keadilan, dan sebagainya. Rasa marah diberikan Tuhan untuk melindungi batasan-batasan tersebut dari unsur-unsur di luar diri kita.

Ketika ada orang yang berusaha masuk ke dalam batasan tersebut dan membahayakan diri kita, maka tubuh kita secara psikologis mengeluarkan kemarahan. Dalam konteks ini, marah merupakan sesuatu yang sehat karena kalau kita tidak bereaksi, maka batasan-batasan yang ada di dalam diri kita akan hancur.

Marah adalah urusan setiap orang walaupun tampilan fisiknya berbeda. Ada orang yang ketika marah, dia menyalurkannya secara agresif. Ada juga orang yang menampilkan kemarahannya secara pasif. Orang-orang seperti ini akan menjauh, mendiamkan orang lain, menarik diri, dan sebagainya.

Setiap kita pasti bereaksi marah ketika batasan-batasan diri kita mulai terganggu, terlepas dari bagaimana reaksi fisik yang kita berikan. Setiap kita membutuhkan skill untuk mengelola kemarahan.

Marah adalah persepsi kita terharap sebuah kejadian. Oleh karena itu, sebuah kejadian bisa membuat seseorang marah, namun kejadian yang sama tidak membuat orang lain marah. Orang yang gampang marah menunjukkan bahwa persepsinya tentang batasan dirinya sangat rentan.

Kemarahan bukan hanya berfungsi untuk melindungi diri kita, tetapi juga orang lain agar terjadi keseimbangan dalam hidup. Ketika batasan diri orang lain dilanggar, maka kita pun akan memberikan reaksi yang sama jika batasan diri kita yang dilanggar.

Dalam anger management, kita harus menunjukkan bahwa kita marah. Tujuannya adalah untuk kembali menegaskan batasan diri kita. Hal ini akan membuat kita menjadi berharga di hadapan diri kita dan orang lain.

Sayangnya, banyak orang yang tidak memahami hal ini sehingga mereka mengambil jalan lain. Mereka beranggapan bahwa kemarahan yang ditunjukkan akan menghancukan kredibilitas dan mencoreng nama baik mereka.

Ketika kita menahan kemarahan, maka orang lain tidak tahu kalau kita marah. Akibatnya, batasan diri kita semakin lama semakin mengecil, dan pada akhirnya akan hancur, dan merusak diri kita sendiri.

Semua orang harus bisa marah. Orang yang tidak bisa marah lama-lama akan kehilangan kepercayaan diri. Marah adalah mekanisme yang diciptakan untuk melindungi diri kita agar bisa tumbuh menjadi manusia yang paripurna.

Kemarahan yang terpendam justru akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Ketika kita marah, itu berarti ada orang yang berusaha masuk ke dalam batasan diri kita. Cukup tegaskan batasan diri kita, dan jangan keluar dan menyerang batasan orang lain.

Marah adalah hal yang baik, marah-marah adalah hal yang buruk. Marah-marah adalah keluar dari batasan diri kita dan menyerang batasan diri orang lain. Ketika kemarahan membesar dan mengendalikan diri kita, maka rasio atau kemampuan berpikir kita menjadi kecil.

Jika hal itu terjadi, kembali kuasai diri Anda. Naikkan rasio agar kembali seimbang dengan perasaan (marah) yang menguasai Anda. Cara yang paling mudah dan ampuh adalah menarik diri Anda dari area yang membuat Anda marah, dan tarik napas dalam-dalam. []

 

Disarikan dari talkshow Smart Happiness “Anger Management” di Radio SmartFM bersama Arvan Pradiansyah, Motivator Nasional—Leadership & Happiness.

Leave a Reply

Your email address will not be published.