Is It Too Late to Say Sorry?

“Memberi maaf itu mulia, meminta maaf itu ksatria.” —Anonim

Dalam suasana Lebaran, kita kerap mengucapkan sekaligus mendengarkan ungkapan, “Maaf lahir dan bathin.” Ungkapan ini bahkan diucapkan oleh seseorang kepada orang lain yang tidak dikenalnya. Ungkapan ini telah berubah menjadi basa-basi dan kehilangan maknanya.

Padahal, ungkapan meminta maaf tersebut bukanlah main-main. Meminta maaf bukanlah perkara yang mudah dan sederhana. Ada banyak pengalang bagi siapa pun yang ingin meminta maaf karena pada dasarnya tidak ada seorang pun di dunia ini yang ingin meminta maaf. Kencederungan manusia adalah memproteksi dirinya, membela dirinya, sementara meminta maaf seolah membuka kelemahan dirinya di hadapan orang lain.

Permintaan maaf itu seimbang dengan kesalahan yang kita perbuat. Semakin berat rasanya untuk meminta maaf, itu merupakan indikasi bahwa kesalahan yang kita perbuat juga berat.

Sebaliknya, semakin ringan kita meminta maaf, menunjukkan bahwa kesalahan yang kita perbuat pun ringan.

Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain, sangat lumrah jika terjadi gesekan atau konflik di antara kita. Untuk itulah perlu membekali diri dengan keahlian untuk meminta maaf guna memperbaiki hubungan antar-manusia yang retak, merenggang, atau terganggu. Meminta maaf adalah sebuah keahlian penting bagi semua orang, yang harus diajarkan sejak dini.

Sebesar apa pun kesalahan yang kita lakukan, semuanya bisa dimaafkan jika kita tahu cara meminta maaf yang efektif. Ada 6 dimensi dalam meminta maaf yang efektif:

  1. Mengakui

Tidak ada permintaan maaf tanpa pengakuan. Kita harus mengakui bahwa kita telah melakukan kesalahan, dan menyebutkan “nama” kesalahan yang telah kita perbuat. Kita tidak dapat meminta maaf secara general, tanpa menyebutkan apa kesalahan kita.

Misalnya saat terlambat datang ke sebuah acara dan memaksa orang lain yang datang tepat waktu untuk menunggu kehadiran kita, kita harus mengakui dan menyebutkan kesalahan kita untuk meminta maaf. Akui bahwa Anda menyesal telah datang terlambat dan membuat orang lain menunggu Anda.

  1. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab artinya tidak mencari-cari celah pembenaran atas kesalahan yang Anda perbuat. Arahkan jari telunjuk Anda ke dalam bahwa Andalah yang bertanggung jawab atas kesalahan tersebut.

Tidak ada permintaan maaf dengan kata “tapi”. Anda telah berbuat salah, dan Anda bertanggung jawab atas kesalahan tersebut, tidak ada kata “tapi” untuk kesalahan yang Anda perbuat.

  1. Berempati

Meminta maaf yang efektif juga harus diiringi dengan empati. Anda ikut merasakah apa yang dirasakan oleh orang-orang yang Anda rugikan. Katakan perasaan tersebut dengan tulus, dan meminta maaflah karena Anda telah membuat orang-orang merasa demikian.

  1. Menyesali

Tanpa penyesalan sesungguhnya tidak ada permintaan maaf. Kita harus menyesali perbuatan yang telah kita lakukan sebagai sebuah kekhilafan yang semestinya tidak kita lakukan.

  1. Memberikan Ganti Rugi

Permintaan maaf harus diiringin dengan perbuatan untuk menebus kesalahan. Memberi ganti rugi kepada orang yang kita rugikan adalah upaya kita menebus kesalahan yang kita perbuat. Memberi ganti rugi bisa dalam bentuk materi maupun non-materi.

  1. Berjanji untuk Tidak Mengulangi

Dimensi terakhir dari meminta maaf adalah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan serupa di masa depan. Hanya dengan inilah kita menunjukkan bahwa kita benar-benar ingin memperbaiki diri kita.

Meminta maaf sama seperti menyatakan cinta. Ia tidak mudah diungkapkan dan diumbar. Meminta maaf juga belum tentu menunjukkan bahwa orang lain benar dan kita yang salah, tetapi menunjukkan bahwa hubungan kita lebih bernilai dibandingkan ego.

Leave a Reply

Your email address will not be published.