Kembali dan Menang

“Kemenangan dalam jangka panjang hanya bisa kita nikmati kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia.” —Arvan Pradiansyah

Setiap tahun kita merayakan momen Idul Fitri atau Lebaran yang sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Di Indonesia, lebaran bukan hanya dinikmati oleh orang-orang Islam, melainkan seluruh penduduk negeri ini.

Ada satu kalimat yang acap kita dengar dalam setiap Lebaran, yakni “minal aidin wal faizin” yang secara harfiah berarti “semoga kita menjadi bagian orang-orang yang kembali dan menang”. Kembali dan menang adalah dua kata kunci terpenting yang memiliki makna yang sangat dalam. Kembali dan menang adalah rumus kebahagiaan dan kesuksesan.

Kembali adalah kata kunci terpenting dari kebahagiaan atau happiness, sementara menang adalah kata kunci terpenting dari kesuksesan. Ini sesuai dengan penelitian mutakhir dalam bidang Psikologi Positif, bahwa kembali (happiness) datang lebih dulu, kemudian barulah menang (sukses).

Happiness selalu identik dengan kata kembali, bukan pergi. Kembali adalah momentum kebahagiaan. Kembali menunjukkan bahwa kita pernah ada di sana. Kembali adalah menuju ke asal-usul kita. Momentum kembali jauh lebih membahagiakan daripada pergi.

Saat pergi ada perasaan gembira yang menggebu, namun saat kembali ada perasaan damai. Perasan damai inilah yang menjadi inti kebahagiaan. Bukankah saat kembali ke kampung halaman dalam ritual mudik setiap tahun kita selalu diliputi perasaan bahagia?

Kembali adalah momentum saat kita berada di titik awal perjalanan hidup kita. Jika digambarkan, hidup kita sesungguhnya sebuah perjalanan melingkar. Kita berangkat dari satu titik, dan akan kembali lagi ke titik tersebut. Semakin jauh kita meninggalkan titik asal kita, sesungguhnya kita semakin mendekati titik tersebut untuk kembali.

Idul Fitri adalah momen kita untuk kembali ke titik asal kita. Kembali secara fisik dengan mengunjungi sanak keluarga di kampung halaman. Kembali secara sosial-emosional dengan bersilaturahmi dengan orang-orang di awal perjalanan hidup kita.

Sayangnya, tidak sedikit di antara kita yang lupa untuk kembali secara mental dan spiritual; kembali ke fitrah kita sebagai manusia, sebagai makhluk yang baik. Kembali kepada kejujuran, kebenaran, keadilan, dan sebagainya. Fitrah juga berarti kembali kepada tujuan penciptaan kita.

Ada 4 tipe manusia dalam kaitan dengan kembali dan menang:

  1. Orang yang tidak kembali dan tidak menang. Ini adalah orang-orang yang celaka. Mereka tidak kembali ke fitrah mereka sebagai manusia, dan juga tidak menuai kesuksesan di dunia.
  2. Orang yang kembali tapi tidak menang. Ini adalah orang-orang yang damai. Orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk menjaga kesucian fitrahnya sebagai manusia dan menanggalkan kesuksesan duniawi.
  3. Orang yang tidak kembali tapi menang. Ini adalah orang-orang yang tersesat. Mereka menukarkan fitrahnya sebagai manusia demi kesuksesan duniawi.
  4. Orang yang kembali dan menang. Inilah orang yang berbahagia. Mereka yang kembali kepada fitrahnya sebagai manusia dan juga menuai kesuksesan di dunia.

Untuk bisa bahagia, kita harus kembali dan menang. Kesuksesan yang kita raih haruslah didasarkan pada fitrah kita sebagai manusia. Kembali kepada fitrah adalah dasar untuk mencapai kemenangan pribadi (private victory) dan kemenangan bersama (public victory).

Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang kembali dan menang. Minal aidin wal faizin.

Leave a Reply

Your email address will not be published.