How To Deal With Rumors

“Great minds discuss ideas; average minds discuss events; small minds discuss people.” ―Eleanor Roosevelt, politikus, diplomat, dan aktivis Amerika. Istri mantan Presiden AS Franklin D. Roosevelt (1884-1962)

Setiap kita pasti pernah bersentuhan dengan rumor atau gosip, entah sebagai korban atau justru pelaku. Setiap kita pun cenderung senang mendengarkan gosip, baik secara terang-terangan atau malu-malu.

Itu semua terjadi karena kecenderungan alamiah manusia yang senang berbagi. Biasanya, kita lebih suka membagikan sesuatu yang ringan; dan celakanya, sesuatu yang ringan itu adalah informasi tentang orang lain.

Bisa jadi orang yang menyebarkan informasi tentang orang lain tidak memiliki maksud jahat. Mereka hanya terdorong naluri untuk berbagi informasi yang ringan untuk mencairkan suasana atau pergaulan di lingkungan kerja, misalnya, atau menjadi pusat perhatian orang lain.

Namun, tanpa kita sadari, gosip ini akan tumbuh secara liar dan berkembang menjadi gangguan yang mengancam pergaulan itu sendiri. Bukan hanya kredibilitas objek gosip yang akan tercemar, kredibilitas penyebar dan pendengar gosip pun ikut terganggu.

Ada pepatah Spanyol yang artinya, “Siapa saja yang bergosip kepada Anda, akan menggosipkan Anda.” Artinya, tanpa disadari, si penyebar gosip telah menurunkan kredibilitasnya sendiri di hadapan para pendengarnya. Penyebar gosip telah menurunkan kualitas hubungan (relationship)-nya dengan orang lain (korban dan pendengar gosip).

Demikian pula dengan pendengar gosip. Mereka sebenarnya telah menurunkan kredibilitasnya di hadapan si penyebar dan―tentu saja―korban gosip. Jelas sekali, gosip (yang merusak relationship) akan mengganggu kebahagiaan kita semua; penyebar, pendengar, dan tentu saja korban gosip.

Ada beberapa tips bagi Anda yang mungkin pernah menjadi korban gosip:

  1. Anda harus mengumumkan bahwa Anda tahu sedang digosipkan. Selama ini, mungkin banyak korban gosip yang pura-pura tidak tahu bahwa dirinya sedang digosipkan. Kepura-puraan ini justru memberikan tempat bagi gosip untuk terus tumbuh secara liar. Katakan kepada orang-orang yang Anda yakini telah menyebarkan dan mendengarkan gosip tentang Anda bahwa Anda tahu bahwa diri Anda tengah menjadi objek gosip.
  2. Sampaikan kepada penyebar dan pendengar gosip informasi yang sebenarnya tentang Anda. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan informasi yang benar langsung dari orang yang menjadi objek gosip. Seperti yang kita ketahui, gosip atau rumor adalah informasi yang belum terkonfirmasi benar atau salah. Dengan kata lain, informasi yang masih remang-remang. Begitu informasi tersebut menjadi terang-benderang, tidak ada lagi tempat bagi gosip untuk tumbuh dan berkembang.
  3. Jangan marah dan membalas dengan melemparkan gosip baru tentang penggosip Anda. Jika Anda bereaksi dengan marah, Anda tidak bisa berpikir jernih untuk mencari penyebab (trigger) gosip yang menimpa Anda, serta menjelaskan informasi yang sebenarnya tentang diri Anda. Orang-orang pun akan menganggap gosip yang berkembang tentang Anda adalah kebenaran.

Selain tiga tips bagi korban gosip di atas, ada beberapa tips bagi kita untuk tidak menjadi pendengar gosip:

  1. Jangan bergabung dengan pembicaraan gosip. Jika Anda bergabung dengan orang-orang yang tengah memperbincangkan sebuah gosip, Anda berarti telah menambah energi bagi gosip tersebut untuk tumbuh dan berkembang.
  2. Ganti topik pembicaraan. Jika ada orang yang menyampaikan informasi remang-remang kepada Anda, segera alihkan topik pembicaraan kepada hal lain. Dengan demikian, Anda telah memangkas peluang bagi pucuk gosip untuk terus tumbuh.
  3. Ceritakan hal positif tentang objek gosip. Jika Anda terlanjur mendengar informasi remang-remang tentang seseorang yang Anda kenal, segera balas dengan informasi positif tentang orang yang menjadi objek gosip. Informasi positif tersebut akan menjadi penawar bagi hama gosip, dan sesudahnya Anda bisa mengalihkan topik pembicaraan.
  4. Tanyakan fakta-fakta seputar gosip kepada si penyebar gosip. Biasanya, penyebar gosip tidak memiliki fakta keras yang mendukung gosipnya, misalnya kapan terjadinya suatu peristiwa, di mana, siapa saksinya, dan lain-lain.

Tuhan menciptakan lidah kita dengan banyak pengawal, seperti gigi dan bibir. Hikmahnya agar lidah kita tidak mudah menyampaikan informasi tanpa dikawal dan disaring terlebih dahulu. Ada beberapa tips agar kita tidak ceroboh dalam menyebarkan informasi:

  1. Tanyakan apakah informasi ini benar. Saat mendapatkan informasi, tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah informasi tersebut benar. Jangan pernah menyebarkan sebuah informasi sebelum Anda mengonfirmasi kebenarannya.
  2. Tanyakan apakah informasi ini baik. Benar saja ternyata belum cukup untuk membuat sebuah informasi layak untuk disebarkan. Anda juga harus mencari tahu apakah informasi yang benar itu juga baik jika disebarkan. Jika tidak ada kebaikan yang akan diperoleh dari menyebarkan sebuah informasi yang sudah terkonfirmasi kebenarannya, tidak ada gunanya menyebarkan informasi tersebut.
  3. Tanyakan apakah informasi ini perlu (disebarkan)? Jika informasi yang Anda miliki sudah terkonfirmasi kebenarannya dan mengandung kebaikan, pertanyaan selanjutnya adalah urgensi penyebaran informasi tersebut. Jika tidak ada urgensinya, informasi tersebut sama sekali tidak perlu untuk disebarkan.

Sebagai penutup, ada sebuah kisah inspiratif tentang rumor atau gosip. Alkisah, seorang yang menyebarkan gosip tentang orang lain sadar bahwa perbuatannya itu salah. Ia pun mendatangi seorang bijak untuk menyatakan penyesalannya dan meminta petunjuk untuk membayar kesalahannya tersebut.

Orang bijak itu mengatakan, “Pergilah ke pasar. Belilah seekor ayam yang sudah disembelih. Cabut sedikit demi sedikit bulu ayam itu, dan jatuhkan dalam perjalanmu pulang ke rumah.”

Si penyebar gosip ini pun mematuhi petuah orang bijak. Besoknya si orang bijak mengatakan kepadanya, “Sekarang pergi dan kumpulkan bulu-bulu ayam yang kau taburkan kemarin, dan bawa semuanya kepadaku.”

Si penyebar gosip pun meniti kembali jalan yang ia tempuh kemarin, berusaha mengumpulkan bulu-bulu ayam yang ia sebarkan. Ia cemas karena angin telah menyapu bulu-bulu tersebut entah kemana. Dia mendatangi si orang bijak hanya dengan membawa sedikit bulu yang  berhasil ia kumpulkan.

“Lihatlah,” kata si orang bijak, “Betapa mudahnya menyebarkan bulu-bulu ayam itu kemarin. Namun mustahil untuk mengumpulkannya kembali. Begitu pula dengan gosip. Betapa mudahnya menyebarkan gosip, tapi begitu kau melakukannya, kau tidak akan pernah bisa memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published.