Anda Berhasil atau Beruntung?

“The harder I work, the luckier I get.”—Thomas Jefferson

Saat ditanya, apakah kita berhasil atau beruntung dalam hidup, kebanyakan orang menjawab “beruntung” meskipun kecenderungan dalam hatinya menyatakan “berhasil”. Kecenderungan ini muncul karena orang ingin mengambil kredit atas pencapaiannya.

Adapun definisi umum tentang berhasil adalah apabila usaha yang kita lakukan untuk mencapai sesuatu lebih besar daripada faktor eksternal. Misalnya, seorang pelajar yang belajar mati-matian, dan dia lulus dalam ujian, orang akan mengatakan bahwa dia berhasil.

Sementara definisi umum tentang beruntung adalah apabila faktor eksternal lebih besar daripada usaha yang kita lakukan untuk mencapai sesuatu. Misalnya, seorang pelajar yang bermalas-malasan dalam belajar, tetapi dia lulus ujian, orang akan mengatakan bahwa dia beruntung.

Terdapat 3 paradigma yang berkembang terkait dengan keberuntungan:

  1. Paradigma pertama menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan. Orang yang berparadigma ini menganggap segala sesuatu terjadi karena keberuntungan semata, tanpa ada usaha dari manusia. Orang seperti ini akan menjadi tidak berdaya (powerless).
  2. Paradigma kedua menyatakan bahwa tidak ada yang namanya keberuntungan. Segala sesuatu terjadi karena kerja keras. Orang seperti ini akan merasa sombong saat meraih keberhasilan.
  3. Paradigma ketiga menyatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi karena keberuntungan. Ya, paradigma ketiga ini sama persis dengan paradigma pertama. Perbedaannya terletak bahwa pada paradigma ketiga, orang percaya bahwa ada hukum sebab-akibat. Hanya saja, tidak ada korelasi langsung antara sebab dan akibat. Di antara sebab dan akibat terhadap izin Tuhan. Itulah mengapa orang yang berparadigma ini tidak serta merta merasa sombong saat meraih keberhasilan (akibat) karena dia yakin sepenuhnya bahwa ada campur tangan Tuhan dalam usaha (sebab) yang dia lakukan.

Paradigma pertama disebut fatalisme; paradigma kedua disebut kesuksesan; dan paradigma ketiga disebut kebahagiaan. Perbedaan mendasar antara paradigma pertama dan ketiga adalah: pada paradigma pertama, orang percaya pada keberuntungan sebelum memahami, sedangkan pada paradigma ketiga, orang percaya pada keberuntungan setelah memahami.

Leave a Reply

Your email address will not be published.